Tuesday, 24 March 2020

KAJIAN LIVING AL-QUR’AN DAN HADIS


KAJIAN LIVING AL-QUR’AN DAN HADIS

Living al-qur’an mengacu pada suatu masyarakat yang kehidupan sehari-harinya menggunakan al-Qur’an sebagai kitab acuannya, al-Qur’an yang mewujud dalah kehidupan sehari-hari mereka. Begitu pula hadis, living hadis melebur pada masyarakat muslim yang kental dengan adat istiadat.
Living al-Qur’an dan hadis merupakan kajian yang dilakukan melalui teks al-qur’an atau hadis yang hidup di masyarakat. kembali pada pengertian Living itu sendiri yang mempunyai arti yang hidup, langsung dan menetap yang artinya bagaimana al-qur’an menjadi porosnya dalam kehidupan sehari-hari (al-qur’an in everyday life) diluar kondisi tekstualnya (penerimaan terhadap teks dengan memberlakukannya sebagai apa yang dilakukan). Atau bisa dikatakan dengan bagaimana memberlakukan teks pada kehidupan suatu tempat (sudah berlaku disitu) dengan memperhatikannya secara utuh tanpa memberikan perspektif peneliti pada fenomena tsb.
Setidaknya dalam studi ini perlu dikaji penerimaan suatu tempat dengan beberapa tahapan atau dimensi: pertama, penerimaan dengan berupaya atau dalam bentuk menafisrkan (exegetical reception), penerimaan dengan berdimensi estetis/artistik (aesthetical reception), penerimaan dalam bentuk fungsional, praktis, yang langsung dilakukan (performative reception).
Adapun metode yang dilakukan tentunya pertama dengan mengobservasi suatu tempat yang ingin dikaji, dengan secara spesifik melakukan participant observation yang sering kali digunakan dalam kajian social dan antropologis dengan pendekatan fenomenologi (meneliti fenomena) sesuai dengan pernyataan “kembali kepada sesuatu itu sendiri” (zuruch zu den sachen selves), dengan terlebih dahulu melaksanakan langkah epoche’ (proses bracketing) meletakkan subjektifitas peneliti (agama, hukum, madzhab, pemahaman, syariat). Lalu yang kedua eidetic (esensi) sekaligus bertanya (wawancara) kepada objek penelitian alasan mereka yang berujung kepada esensi. Dengan proses appropriasi (mendekatkan teks kepada model masa lalu) dengan tujuan untuk meneliti pengaruh local context. Hal ini bertujuan agar memperoleh consent information yang utuh dari fenomena what to do with the text.
1.      Observasi
2.      Wawancara
3.      Dokumentasi
4.      Analisis
Sementara sesuatu hal bisa dibilang living al-qur’an atau hadis jika terdapat proses, cara, metode, ritual, tahapan penerapan yang dilakukan.
Contoh living hadis yang saya angkat adalah tradisi lebaran pada betawi cengkareng, yang berusaha menghidupkan semangat silahturahmi yang terdapat dalam hadis dengan cara menjadwalkan kunjungan lebarannya menjadi beberapa bagian secara spesifik, dan hal ini telah berlangsung lama.

No comments:

Post a Comment