KAJIAN LIVING AL-QUR’AN DAN HADIS
Living al-qur’an mengacu pada suatu masyarakat yang kehidupan
sehari-harinya menggunakan al-Qur’an sebagai kitab acuannya, al-Qur’an yang
mewujud dalah kehidupan sehari-hari mereka. Begitu pula hadis, living hadis
melebur pada masyarakat muslim yang kental dengan adat istiadat.
Living al-Qur’an dan hadis merupakan kajian yang dilakukan melalui
teks al-qur’an atau hadis yang hidup di masyarakat. kembali pada pengertian
Living itu sendiri yang mempunyai arti yang hidup, langsung dan menetap yang
artinya bagaimana al-qur’an menjadi porosnya dalam kehidupan sehari-hari
(al-qur’an in everyday life) diluar kondisi tekstualnya (penerimaan terhadap
teks dengan memberlakukannya sebagai apa yang dilakukan). Atau bisa dikatakan
dengan bagaimana memberlakukan teks pada kehidupan suatu tempat (sudah berlaku
disitu) dengan memperhatikannya secara utuh tanpa memberikan perspektif
peneliti pada fenomena tsb.
Setidaknya dalam studi ini perlu dikaji penerimaan suatu tempat
dengan beberapa tahapan atau dimensi: pertama, penerimaan dengan berupaya atau
dalam bentuk menafisrkan (exegetical reception), penerimaan dengan berdimensi
estetis/artistik (aesthetical reception), penerimaan dalam bentuk fungsional,
praktis, yang langsung dilakukan (performative reception).
Adapun metode yang dilakukan tentunya pertama dengan mengobservasi
suatu tempat yang ingin dikaji, dengan secara spesifik melakukan participant
observation yang sering kali digunakan dalam kajian social dan antropologis
dengan pendekatan fenomenologi (meneliti fenomena) sesuai dengan pernyataan “kembali
kepada sesuatu itu sendiri” (zuruch zu den sachen selves), dengan
terlebih dahulu melaksanakan langkah epoche’ (proses bracketing) meletakkan
subjektifitas peneliti (agama, hukum, madzhab, pemahaman, syariat). Lalu yang
kedua eidetic (esensi) sekaligus bertanya (wawancara) kepada objek
penelitian alasan mereka yang berujung kepada esensi. Dengan proses appropriasi
(mendekatkan teks kepada model masa lalu) dengan tujuan untuk meneliti pengaruh
local context. Hal ini bertujuan agar memperoleh consent information yang utuh
dari fenomena what to do with the text.
1.
Observasi
2.
Wawancara
3.
Dokumentasi
4.
Analisis
Sementara sesuatu hal bisa dibilang living al-qur’an atau hadis
jika terdapat proses, cara, metode, ritual, tahapan penerapan yang dilakukan.
Contoh living hadis yang saya angkat adalah tradisi lebaran pada
betawi cengkareng, yang berusaha menghidupkan semangat silahturahmi yang
terdapat dalam hadis dengan cara menjadwalkan kunjungan lebarannya menjadi
beberapa bagian secara spesifik, dan hal ini telah berlangsung lama.
No comments:
Post a Comment