ABSTRAK
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa kemutlakan hadis membunuh anjing harus
ditunjang dengan beberapa aspek penentu dalam tingkah laku anjing tersebut, hal
ini tidak menegasikan bahwa boleh sewaktu-waktu secara mutlak membunuh anjing,
dan boleh juga diberikan pilihan antara membiarkan atau membunuhnya. Hadis
dengan riwayat matan yang lebih pendek menunjukkan perintah membunuh
anjing harus dikorelasikan dengan hadis yang mempunyai beberapa kriteria dan
latar sebab hadis muncul, dan dalam penelitian ini penulis menilai bahwa anjing
liar memenuhi persyaratan untuk kebolehan dibunuh, terlepas bagaimana masing-masing
individu memberikan keputusan.
Penulis
menilai hal ini cukup penting karena perkembangan anjing dalam dunia modern
menempati pos-pos yang cukup unik, terlepas dari bagaimana cara memahaminya,
membunuh anjing menjadi terkesan tindakan yang kejam, semisal pada kasus anjing
masuk dalam masjid yang viral beberapa waktu lalu, dan beberapa hari berselang
anjing itu kemudian mati.
Penelitian
ini dilakukan dengan metode deskriptif-komparatif yang mencoba menguraikan
hadis tentang membunuh anjing dalam kepustakaan dan membandingkannya dengan
keadaan sekitar yang sedang terjadi. Sumber penelitian ini di dapat melalui riwayat
dalam syarah beberapa ulama tentang membunuh anjing dan beberapa kebijakan Lembaga
pemerintahan atau badan tertentu menyikapi tntang membunuh anjing.
Kata
Kunci : Membunuh anjing, Hadis tentang anjing, pilihan
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATARBELAKANG
Manusia
merupakan salah satu dari tiga makhluk hidup yang Allah isi dalam bumi ini
untuk melengkapi dua perangkat makhluk sebelumnya yang diciptakan-Nya terlebih
dahulu, yaitu Tumbuhan dan Hewan.[1] Ini
memberikan legitimasi bahwa keberadaan manusia harus terus berkorelasi dengan
dua makhluk lainnya, dan bahkan dalam perjalanannya manusia tidak bisa tidak
bergantung pada kedua makhluk yang diciptakan ini.
Salah
satu mahluk yang kait eratannya dengan manusia dan seringkali memberikan
manusia kemudahan dalam setiap aktivitasnya, yaitu hewan. Beragam hewan yang
diciptakan Allah sebagai pelengkap fasilitas yang disediakan Allah di Bumi-nya memberikan
warna yang nyata seperti sapi yang diciptakan bukah hanya dapat memenuhi dan
membantu pekerjaan manusia akan tetapi juga dapat dimanfaatkan dagingnya untuk
konsumsi manusia dengan syarat sesuai dengan tuntunan yang diberikan oleh Nabi,
dan bukan hanya itu dalam penciptaan-Nya pun menciptakan hewan yang memang ada
untuk dilarang dalam kitab suci-Nya dan perintah Nabi-Nya, yaitu anjing dan
babi.[2]
Larangan
yang disebutkan tidak serta merta membuat perlakuan seorang manusia terhadap
makhluk Allah yang satu ini menjadi berbeda, atau bahkan membencinya. Memang
disebagian sisi merupakan sebuah keharusan untuk seorang muslim menghindari
segala bentuk pemanfaatan hewan tersebut dengan pengecualian beberapa
pemanfaatan anjing dalam hadis, akan tetapi kasih sayang seorang muslim juga
harus ditunjukkan selama menghadapi berbagai makhluk yang Allah ciptakan di
bumi-Nya.
Namun di sisi lain,
keberadaan hadis yang cukup memberikan ketegasan dalam sabdanya nabi mengenai
perintah membunuh beberapa hewan, semisal ular, cicak, kalajengking, terlebih
khusus dengan perintah membunuh anjing yang cukup banyak diriwayatkan dalam
sejumlah kitab populer hadis nabi memberikan cukup bahan penguat tindakan ini. Berikut ini hadis nabi yang memerintahkan untuk membunuh anjing:
حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
(MUSLIM - 2934) : Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Yahya dia berkata; saya bacakan di hadapan Malik; dari Nafi' dari Ibnu
Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk
membunuh anjing."
Keterkaitan ketegasan perintah nabi
dalam hadis di atas jika diamalkan tanpa memberikan korelasi yang jelas antar
hadis lainnya yang sejenis atau sepembahasan tentu akan bertentangan dengan
hadis tentang menyayangi segala makhluk allah di bumi ini. Seperti pada hadis
berikut:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُسَدَّدٌ الْمَعْنَى قَالَا
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي قَابُوسَ مَوْلَى لِعَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا
أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Musaddad
secara makna, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru
dari Abu Qabus -mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) Abdullah bin Amru-
dari Abdullah bin Amru dan sanadnya sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, (beliau bersabda): "Para penyayang akan disayangi oleh Ar
Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja
yang di langit." (H.R. Abu Daud).
Terlebih terdapat Kisah pula di dalam hadis yang mengisahkan terhapusnya
dosa seseorang karena memberikan minum anjing yang kehausan, tentu menjadi
sebuah pertimbangan antara membunuh anjing sebagai sebuah perintah yang mutlak
atau mungkin menjadi perintah pilihan yang mensyaratkan kondisi tertentu dalam
berlakunya perintah tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teks Hadis
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah
mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu
'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk
membunuh anjing.[3]
Disamping hadis yang di atas, terdapat pula hadis
yang disertai dengan kisah Asbâb al-Wurûd yang menurut penulis terkait
dengan sejumput hadis di atas. Berikut ini hadisnya:
حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ
بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ
ابْنِ السَّبَّاقِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالَ أَخْبَرَتْنِي مَيْمُونَةُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْبَحَ يَوْمًا وَاجِمًا
فَقَالَتْ مَيْمُونَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ اسْتَنْكَرْتُ هَيْئَتَكَ مُنْذُ
الْيَوْمِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ
كَانَ وَعَدَنِي أَنْ يَلْقَانِي اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَلْقَنِي أَمَ وَاللَّهِ مَا
أَخْلَفَنِي قَالَ فَظَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَهُ
ذَلِكَ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ وَقَعَ فِي نَفْسِهِ جِرْوُ كَلْبٍ تَحْتَ فُسْطَاطٍ لَنَا
فَأَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ مَاءً فَنَضَحَ مَكَانَهُ فَلَمَّا
أَمْسَى لَقِيَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ قَدْ كُنْتَ وَعَدْتَنِي أَنْ تَلْقَانِي
الْبَارِحَةَ قَالَ أَجَلْ وَلَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ
فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ
بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ كَلْبِ الْحَائِطِ الصَّغِيرِ
وَيَتْرُكُ كَلْبَ الْحَائِطِ الْكَبِيرِ
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya; Telah mengabarkan kepada
kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Ibnu As
Sabbaq bahwa 'Abdullah bin 'Abbas berkata; Telah mengabarkan kepadaku Maimunah;
bahwa pada suatu pagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kelihatan diam
karena susah dan sedih. Maimunah berkata; "Ya, Rasulullah! Aku heran
melihat sikap Anda sehari ini. Apa yang telah terjadi?" Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Jibril berjanji akan datang
menemuiku malam tadi, ternyata dia tidak datang. Ketahuilah, dia pasti tidak
menyalahi janji denganku! ' Demikianlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
senantiasa kelihatan susah dan sedih sehari itu. Kemudian beliau melihat seekor
anak anjing di bawah tempat tidur kami, lalu beliau menyuruh keluarkan anak
anjing itu. Kemudian diambilnya air lalu dipercikinya bekas-bekas tempat anjing
itu. Ketika hari sudah petang, Jibril datang menemui beliau. Kata beliau kepada
Jibril: 'Anda berjanji akan datang pagi-pagi.' Jibril menjawab; 'Benar!
Tetapi kami tidak dapat masuk ke rumah yang di dalamnya ada anjing dan
gambar-gambar.' Pada pagi harinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan
supaya membunuh semua anjing, sampai anjing penjaga kebun yang sempit, tetapi
beliau membiarkan anjing penjaga kebun yang luas.[4]
Hadis
di atas pula hadir dengan dua versi yang berbeda dalam musnad sahabat anshar -Maimunah
binti al-Harits-, dengan penambahan latar waktu beberapa lama Jibril tidak
menjumpai rasul yaitu hingga tiga hari berturut-turut.[5] Namun peristiwa
yang ditunjukkan serupa dengan hadis di atas.
B.
Eksistensi Hadis
dalam Kutub al-Tis’ah
Dalam menelusuri hadis di atas
penulis melakukan pencarian melalui beberapa kitab kamus hadis, untuk hadis
tersebut di atas penulis lebih mudah menemukannya didalam kamus hadis tematik
yakni, kitab Miftâh Kunûz al-Sunnah.[6]
Dengan menggunakan kata kunci (الْكِلَابُ)[7] Dan didapatkan
informasi sebagai berikut:
NO
|
KITAB
HADIS
|
KITAB
|
BAB /
Hadis
|
1
|
Shahîh al-Bukhâri
|
59
|
17
|
2
|
Shahîh Muslim
|
22
37
39
|
43-49
82
129
|
3
|
Sunan Abî Dâud
|
16
|
22
|
4
|
Sunan Tirmidzî
|
16
|
17
|
5
|
Sunan al-Nasâ`i
|
42
|
9
|
6
|
Sunan Ibn Mâjah
|
28
|
1 dan 2
|
7
|
Sunan al-Dârimî
|
7
|
2 dan 3
|
8
|
Muwattha`
|
54
|
14
|
Selain dalam kitab kamus
hadis di atas, penulis menelusuri juga dalam kitab kamus hadis untuk menelusuri
awal matan hadis, dan juga dari potongan kata hadis tersebut. Kitab yang
digunakan yakni Kitab Mu’jam al-Mufahras li al-Fâz al-Hadîs dan Kitab Mausû’ah
al-Athrâf namun penulis tidak mendapatkan keterangan yang berbeda dari hasil
penelusuran di atas dan jauh lebih lengkap penelusuran melalui metode tematik.
C.
Penjabaran Takhrij Hadis
Inilah hadis yang ditemukan dari informasi Kamus
hadis sebelumnya, dengan mengecualikan hadis utama yang telah disebutkan,
sebagai berikut:
(MUSLIM - 2934) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya
dia berkata; saya bacakan di hadapan Malik; dari Nafi' dari Ibnu Umar, bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh
anjing."
(MUSLIM - 2935) : Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Usamah telah
menceritakan kepada kami 'Ubaidullah dari Nafi' dari Ibnu Umar dia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan supaya membunuh
anjing, lalu beliau mengutus orang ke seluruh penjuru Madinah untuk membunuh
anjing."
و حَدَّثَنِي حُمَيْدُ
بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا بِشْرٌ يَعْنِي ابْنَ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ
وَهُوَ ابْنُ أُمَيَّةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكِلَابِ فَنَنْبَعِثُ فِي
الْمَدِينَةِ وَأَطْرَافِهَا فَلَا نَدَعُ كَلْبًا إِلَّا قَتَلْنَاهُ حَتَّى إِنَّا
لَنَقْتُلُ كَلْبَ الْمُرَيَّةِ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ يَتْبَعُهَا
(MUSLIM - 2936) : Telah menceritakan kepada kami Humaid
bin Mas'adah telah menceritakan kepada kami Bisyr -yaitu Ibnu Al Mufadlal-
telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Umayyah- dari Nafi' dari
Abdullah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan supaya membunuh anjing, lantas kami pergi ke seluruh penjuru kota
sehingga kami tidak meninggalkan seekor anjing pun melainkan kami membunuhnya.
Bahkan kami membunuh seekor anjing yang selalu mengikuti tuannya, yaitu
anjingnya seorang wanita badui."
حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ
عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ غَنَمٍ أَوْ مَاشِيَةٍ فَقِيلَ لِابْنِ عُمَرَ إِنَّ
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ أَوْ كَلْبَ زَرْعٍ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ إِنَّ لِأَبِي هُرَيْرَةَ
زَرْعًا
(MUSLIM - 2937) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya
telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari 'Amru bin Dinar dari Ibnu
Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan supaya
membunuh anjing kecuali anjing untuk berburu atau anjing untuk menjaga hewan
ternak." Dikatakan kepada Ibnu Umar, "Sesungghuhnya Abu Hurairah
pernah berkata, "Atau anjing untuk menjaga tanaman (pertanian)?" Maka
Ibnu Umar berkata, "Karena Abu Hurairah memiliki ladang."
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَلَفٍ حَدَّثَنَا رَوْحٌ ح و حَدَّثَنِي إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ
أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ
أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّ الْمَرْأَةَ تَقْدَمُ
مِنْ الْبَادِيَةِ بِكَلْبِهَا فَنَقْتُلُهُ ثُمَّ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِهَا وَقَالَ عَلَيْكُمْ بِالْأَسْوَدِ الْبَهِيمِ ذِي
النُّقْطَتَيْنِ فَإِنَّهُ شَيْطَانٌ
(MUSLIM - 2938) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Ahmad bin Abu Khalaf telah menceritakan kepada kami Rauh. (dalam jalur lain
disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Manshur telah mengabarkan
kepada kami Rauh bin Ubadah telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij telah mengabarkan
kepadaku Abu Az Zubair bahwa dia pernah mendengar Jabir bin Abdullah berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami supaya
membunuh anjing, bahkan anjing milik seorang wanita badui yang selalu
mengiringinya kami bunuh juga. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
melarang membunuh anjing seperti itu, namun beliau bersabda: "Bunuhlah
anjing yang berwarna hitam dengan dua titik putih dikeningnya, karena anjing
itu adalah jelmaan dari setan."
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ
اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ
سَمِعَ مُطَرِّفَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ الْمُغَفَّلِ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ ثُمَّ قَالَ مَا بَالُهُمْ
وَبَالُ الْكِلَابِ ثُمَّ رَخَّصَ فِي كَلْبِ الصَّيْدِ وَكَلْبِ الْغَنَمِ و حَدَّثَنِيهِ
يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ حَدَّثَنَا خَالِدٌ يَعْنِي ابْنَ الْحَارِثِ ح و حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ
بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا النَّضْرُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا
وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ و قَالَ ابْنُ حَاتِمٍ
فِي حَدِيثِهِ عَنْ يَحْيَى وَرَخَّصَ فِي كَلْبِ الْغَنَمِ وَالصَّيْدِ وَالزَّرْعِ
(MUSLIM - 2939) : Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin
Mu'adz telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Abu At Tayyah bahwa dia mendengar dari Muttharif bin Abdullah dari
Ibnu Al Mughaffal dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan kami supaya membunuh semua jenis anjing, kemudian beliau bersabda:
"Apa urusannya mereka dengan anjing?" Lantas beliau memberi
mengecualikan anjing untuk berburu dan anjing penjaga kambing (ternak)."
Dan telah menceritakan kepadaku Yahya bin Habib telah menceritakan kepada kami
Khalid -yaitu Ibnu Al Harits-. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan
kepadaku Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id.
(dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Walid
telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far. (dalam jalur lain
disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan
kepada kami An Nadlr. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Mutsanna telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jarir
semuanya dari Syu'bah dengan sanad-sanad ini. Ibnu Hatim menyebutkan dalam
haditsnya; dari Yahya, "Beliau memberi keringanan anjing penjaga ternak,
anjing untuk berburu dan anjing untuk menjaga tanaman."
حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ
بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ
ابْنِ السَّبَّاقِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالَ أَخْبَرَتْنِي مَيْمُونَةُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْبَحَ يَوْمًا وَاجِمًا
فَقَالَتْ مَيْمُونَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ اسْتَنْكَرْتُ هَيْئَتَكَ مُنْذُ
الْيَوْمِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ
كَانَ وَعَدَنِي أَنْ يَلْقَانِي اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَلْقَنِي أَمَ وَاللَّهِ مَا
أَخْلَفَنِي قَالَ فَظَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَهُ
ذَلِكَ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ وَقَعَ فِي نَفْسِهِ جِرْوُ كَلْبٍ تَحْتَ فُسْطَاطٍ لَنَا
فَأَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ مَاءً فَنَضَحَ مَكَانَهُ فَلَمَّا
أَمْسَى لَقِيَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ قَدْ كُنْتَ وَعَدْتَنِي أَنْ تَلْقَانِي
الْبَارِحَةَ قَالَ أَجَلْ وَلَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ
فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ
بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ كَلْبِ الْحَائِطِ الصَّغِيرِ
وَيَتْرُكُ كَلْبَ الْحَائِطِ الْكَبِيرِ
(MUSLIM - 3928) : Telah menceritakan kepadaku Harmalah
bin Yahya; Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku
Yunus dari Ibnu Syihab dari Ibnu As Sabbaq bahwa 'Abdullah bin 'Abbas berkata;
Telah mengabarkan kepadaku Maimunah; bahwa pada suatu pagi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam kelihatan diam karena susah dan sedih. Maimunah
berkata; "Ya, Rasulullah! Aku heran melihat sikap Anda sehari ini. Apa
yang telah terjadi?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
'Jibril berjanji akan datang menemuiku malam tadi, ternyata dia tidak datang.
Ketahuilah, dia pasti tidak menyalahi janji denganku! ' Demikianlah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa kelihatan susah dan sedih sehari itu.
Kemudian beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur kami, lalu
beliau menyuruh keluarkan anak anjing itu. Kemudian diambilnya air lalu
dipercikinya bekas-bekas tempat anjing itu. Ketika hari sudah petang, Jibril
datang menemui beliau. Kata beliau kepada Jibril: 'Anda berjanji akan datang
pagi-pagi.' Jibril menjawab; 'Benar! Tetapi kami tidak dapat masuk ke rumah
yang di dalamnya ada anjing dan gambar-gambar.' Pada pagi harinya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan supaya membunuh semua anjing, sampai
anjing penjaga kebun yang sempit, tetapi beliau membiarkan anjing penjaga kebun
yang luas.'
و حَدَّثَنَا حَاجِبُ
بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ
أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكِلَابِ يَقُولُ اقْتُلُوا
الْحَيَّاتِ وَالْكِلَابَ وَاقْتُلُوا ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ فَإِنَّهُمَا
يَلْتَمِسَانِ الْبَصَرَ وَيَسْتَسْقِطَانِ الْحَبَالَى قَالَ الزُّهْرِيُّ وَنُرَى
ذَلِكَ مِنْ سُمَّيْهِمَا وَاللَّهُ أَعْلَمُ قَالَ سَالِمٌ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
عُمَرَ فَلَبِثْتُ لَا أَتْرُكُ حَيَّةً أَرَاهَا إِلَّا قَتَلْتُهَا فَبَيْنَا أَنَا
أُطَارِدُ حَيَّةً يَوْمًا مِنْ ذَوَاتِ الْبُيُوتِ مَرَّ بِي زَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ
أَوْ أَبُو لُبَابَةَ وَأَنَا أُطَارِدُهَا فَقَالَ مَهْلًا يَا عَبْدَ اللَّهِ فَقُلْتُ
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِهِنَّ قَالَ
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ نَهَى عَنْ ذَوَاتِ
الْبُيُوتِ و حَدَّثَنِيهِ حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي
يُونُسُ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا
مَعْمَرٌ ح و حَدَّثَنَا حَسَنٌ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي
عَنْ صَالِحٍ كُلُّهُمْ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّ صَالِحًا
قَالَ حَتَّى رَآنِي أَبُو لُبَابَةَ بْنُ عَبْدِ الْمُنْذِرِ وَزَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ
فَقَالَا إِنَّهُ قَدْ نَهَى عَنْ ذَوَاتِ الْبُيُوتِ وَفِي حَدِيثِ يُونُسَ اقْتُلُوا
الْحَيَّاتِ وَلَمْ يَقُلْ ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ
(MUSLIM - 4141) : Dan telah menceritakan kepada kami
Hajib bin Al Walid; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az
Zubaidi dari Az Zuhri; Telah mengabarkan kepadaku Salim bin 'Abdullah dari Ibnu
'Umar dia berkata; "Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam memerintahkan kami, kaum muslimin, untuk membunuh anjing." Beliau
bersabda: 'Bunuhlah ular dan anjing! Serta musnahkanlah ular yang dipunggungnya
ada dua garis putih dan ular yang ekornya bunting, karena kedua jenis ular
tersebut dapat membutakan mata dan menggugurkan kandungan.' Az Zuhri
berkomentar; 'Menurut kami, hal itu disebabkan karena racunnya. Wallahu A'lam.'
Salim berkata; 'Abdullah bin Umar pernah menyatakan; 'Setiap ular yang saya lihat
tidak pernah saya biarkan hidup, melainkan selalu saya bunuh. Pada suatu hari,
ketika saya sedang memburu ular yang bersarang/mendekam di rumah, tiba-tiba
Zaid bin Khaththab atau Abu Lubabah lewat seraya berkata; 'Hentikan hai
Abdullah! ' Mendengar teguran itu, saya pun menjawab; 'Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah memerintahkan kami untuk membunuh ular.'
Zaid bin Khaththab berkata; 'Sebenarnya Rasulullah melarang kita, kaum
muslimin, untuk membunuh ular yang bersarang di rumah kita." Dan telah
menceritakannya kepada kami Harmalah bin Yahya; Telah mengabarkan kepada kami
Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku Yunus; Demikian juga diriwayatkan dari
jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami 'Abad bin Humaid; Telah
mengabarkan kepada kami 'Abdur Razaq; Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar;
Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada
kami Hasan Al Hulwani; Telah menceritakan kepada kami Ya'qub; Telah
menceritakan kepada kami Bapakku dari Shalih seluruhnya dari Az Zuhri melalui
jalur ini. Hanya saja Shalih berkata dengan kalimat; 'Hingga Abu Lubabah bin
Abdul Mundzir dan Zaid bin Al Khaththab melihatku, lalu keduanya berkata;
sebenarnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya melarang untuk membunuh
ular yang bersarang di sekitar rumah kita. Sedangkan di dalam Hadits Yunus
disebutkan; 'Bunuhlah ular-ular.' -tanpa menyebutkan yang bergaris dua putih
dan yang buntung.-
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ
حَدَّثَنَا يُونُسُ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنَّ الْكِلَابَ أُمَّةٌ
مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا فَاقْتُلُوا مِنْهَا الْأَسْوَدَ الْبَهِيمَ
(ABUDAUD - 2462) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad,
telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Yunus,
dari Al Hasan, dari Abdullah bin Mughaffal, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Seandainya anjing itu tidak termasuk salah satu umat
diantara berbagai umat, niscaya aku diperintahkan untuk membunuhnya. Bunuhlah
anjing yang hitam pekat."
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ خَلَفٍ حَدَّثَنَا
أَبُو عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ
قَالَ أَمَرَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
حَتَّى إِنْ كَانَتْ الْمَرْأَةُ تَقْدَمُ مِنْ الْبَادِيَةِ يَعْنِي بِالْكَلْبِ فَنَقْتُلُهُ
ثُمَّ نَهَانَا عَنْ قَتْلِهَا وَقَالَ عَلَيْكُمْ بِالْأَسْوَدِ
(ABUDAUD
- 2463) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Khalaf, telah menceritakan
kepada kami Abu 'Ashim dari Ibnu Juraij, ia berkata; telah mengabarkan kepadaku
Abu Az Zubair dari Jabir, ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan
untuk membunuh seluruh anjing hingga seorang wanita datang dari pelosok dengan
membawa anjing, lalu kami membunuhnya. Kemudian beliau melarang kami dari
membunuh anjing dan berkata: "Bunuhlah yang hitam!"
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا
حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ
مَاشِيَةٍ قَالَ قِيلَ لَهُ إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَقُولُ أَوْ كَلْبَ
زَرْعٍ فَقَالَ إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ لَهُ زَرْعٌ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
(TIRMIDZI - 1408) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah
berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Amru bin Dinar
dari Ibnu Umar berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan untuk membunuh anjing kecuali anjing untuk berburu, atau anjing
untuk menjaga ternak." Ia (perawi) berkata; Ibnu Umar pernah ditanya, Abu
Hurairah pernah mengatakan; "atau anjing untuk menjaga tanaman", Ibnu
Umar menjawab; "(karena) Abu Hurairah memiliki tanaman." Abu Isa
berkata; "Hadits ini derajatnya hasan shahih."
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ أَسْبَاطِ بْنِ
مُحَمَّدٍ الْقُرَشِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ
مُسْلِمٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ إِنِّي
لَمِمَّنْ يَرْفَعُ أَغْصَانَ الشَّجَرَةِ عَنْ وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ فَقَالَ لَوْلَا أَنَّ الْكِلَابَ
أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا فَاقْتُلُوا مِنْهَا كُلَّ
أَسْوَدَ بَهِيمٍ وَمَا مِنْ أَهْلِ بَيْتٍ يَرْتَبِطُونَ كَلْبًا إِلَّا نَقَصَ
مِنْ عَمَلِهِمْ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ حَرْثٍ
أَوْ كَلْبَ غَنَمٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا
الْحَدِيثُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(TIRMIDZI - 1410) : Telah menceritakan kepada kami Ubaid bin
Asbath bin Muhammad Al Qurasyi berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku
dari Al A'masy dari Isma'il bin Muslim dari Al Hasan dari Abdullah bin
Mughaffal ia berkata, "Sungguh aku termasuk orang yang mengangkat dahan
pohon dari wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau
berkhutbah. Beliau mengatakan: "Sekiranya anjing-anjing itu bukan suatu
umat, sungguh aku akan perintahkan untuk membunuh mereka semua. Maka bunuhlah
semua anjing yang berwarna hitam pekat. Dan tidaklah penghuni rumah memelihara
anjing kecuali pahalanya akan berkurang satu qirath setiap harinya. Kecuali
anjing untuk berburu, atau anjing untuk menjaga tanaman, atau anjing untuk
menjaga kambing ternak." Abu Isa berkata; "Hadits ini telah
diriwayatkan dari Al Hasan dengan jalur yang banyak, dari Abdullah bin
Mughaffal, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."
أَخْبَرَنَا كَثِيرُ بْنُ عُبَيْدٍ قَالَ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ
أَخْبَرَنِي ابْنُ السَّبَّاقِ قَالَ أَخْبَرَتْنِي مَيْمُونَةُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ
السَّلَام لَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ فَأَصْبَحَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ بِقَتْلِ
الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ لَيَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكَلْبِ الصَّغِيرِ
(NASAI - 4202)
: Telah mengabarkan kepada kami Katsir bin 'Ubaid, ia berkata; telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri, ia
berkata; telah mengabarkan kepadaku Ibnu As Sabbaq, ia berkata; telah
mengabarkan kepadaku Maimunah bahwa Jibril berkata kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam; kami tidak memasuki rumah yang padanya terdapat
anjing dan gambar. Kemudian pada pagi hari tersebut Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing hingga beliau memerintahkan
untuk membunuh anjing kecil.
أَخْبَرَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
غَيْرَ مَا اسْتَثْنَى مِنْهَا
(NASAI - 4203)
: Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dari Malik dari Nafi' dari
Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk
membunuh anjing tanpa terkecuali.
أَخْبَرَنَا وَهْبُ
بْنُ بَيَانٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ قَالَ
قَالَ ابْنُ شِهَابٍ حَدَّثَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَافِعًا صَوْتَهُ يَأْمُرُ
بِقَتْلِ الْكِلَابِ فَكَانَتْ الْكِلَابُ تُقْتَلُ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ
مَاشِيَةٍ
(NASAI - 4204)
: Telah mengabarkan kepada kami Wahb bin Bayan, ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Yunus, ia
berkata; Ibnu Syihab berkata; telah menceritakan kepadaku Salim bin Abdullah
dari ayahnya, ia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam meninggikan suaranya memerintahkan untuk membunuh anjing, maka semua
anjing dibunuh kecuali anjing pemburu dan anjing penjaga hewan ternak.
أَخْبَرَنَا
قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ عَمْرٍو عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ مَاشِيَةٍ
(NASAI - 4205)
: Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah, ia berkata; telah menceritakan kepada
kami Hammad dari 'Amr dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam memerintahkan untuk membunuh seluruh anjing kecuali anjing pemburu dan
anjing penjaga hewan ternak.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي
شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ قَالَ
سَمِعْتُ مُطَرِّفًا يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ ثُمَّ
قَالَ مَا لَهُمْ وَلِلْكِلَابِ ثُمَّ رَخَّصَ لَهُمْ فِي كَلْبِ الصَّيْدِ
(IBNUMAJAH
- 3191) : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Syababah telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari
Abu At Tayyah dia berkata; saya mendengar Mutharrif menceritakan dari Abdullah
bin Mughaffal, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan
untuk membunuh anjing, kemudian beliau bersabda: 'Apa manfaat mereka memelihara
anjing.' Kemudian beliau memberi keringanan pada anjing buruan."
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيدِ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي
التَّيَّاحِ قَالَ سَمِعْتُ مُطَرِّفًا عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
ثُمَّ قَالَ مَا لَهُمْ وَلِلْكِلَابِ ثُمَّ رَخَّصَ لَهُمْ فِي كَلْبِ الزَّرْعِ
وَكَلْبِ الْعِينِ قَالَ بُنْدَارٌ الْعِينُ حِيطَانُ الْمَدِينَةِ
(IBNUMAJAH
- 3192) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah
menceritakan kepada kami Utsman bin Umar. (dalam jalur lain disebutkan) Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Walid telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ja'far keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Syu'bah
dari Abu At Tayyah dia berkata; saya mendengar Mutharrif dari Abdullah bin Mughaffal,
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh
anjing, kemudian beliau bersabda: 'Apa manfaat mereka memelihara anjing.'
Kemudian beliau memberi keringanan bagi mereka anjing penjaga tanaman dan
anjing penjaga ternak." Bundar berkata, "Al 'Ain artinya dinding
pembatas kota."
حَدَّثَنَا
سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ أَنْبَأَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ
عُمَرَ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ
الْكِلَابِ
(IBNUMAJAH
- 3193) : Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id telah memberitakan
kepada kami Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar dia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan membunuh
anjing."
حَدَّثَنَا
أَبُو طَاهِرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ
عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَافِعًا صَوْتَهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكِلَابِ وَكَانَتْ الْكِلَابُ
تُقْتَلُ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ مَاشِيَةٍ
(IBNUMAJAH
- 3194) : Telah menceritakan kepada kami Abu Thahir telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim dari
Ayahnya dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dengan suara keras memerintahkan untuk membunuh anjing, maka semua
anjing pun dibunuh kecuali anjing untuk berburu dan anjing penjaga ternak."
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي شِهَابٍ حَدَّثَنِي يُونُسُ
بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنَّ الْكِلَابَ
أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا فَاقْتُلُوا مِنْهَا الْأَسْوَدَ
الْبَهِيمَ وَمَا مِنْ قَوْمٍ اتَّخَذُوا كَلْبًا إِلَّا كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ
كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ حَرْثٍ إِلَّا نَقَصَ مِنْ أُجُورِهِمْ كُلَّ يَوْمٍ
قِيرَاطَانِ
(IBNUMAJAH
- 3196) : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdullah dari Abu Syihab telah menceritakan
kepadaku Yunus bin 'Ubaid dari Al Hasan dari Abdullah bin Mughaffal dia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekiranya
anjing itu tidak termasuk dari sekelompok ummat dari ummat-ummat, niscaya aku
akan perintahkan untuk membunuhnya, oleh karena itu bunuhlah jenis anjing yang
hitam pekat. Tidaklah suatu kaum memelihara anjing selain anjing penjaga ternak,
atau anjing untuk berburu, atau anjing penjaga kebun, melainkan pahalanya akan
berkurang dua qirath setiap harinya."
أَخْبَرَنَا
وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ عَنْ مُطَرِّفٍ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ ثُمَّ قَالَ مَا بَالِي وَلِلْكِلَابِ ثُمَّ
رَخَّصَ فِي كَلْبِ الزَّرْعِ وَكَلْبِ الصَّيْدِ
(DARIMI
- 1921) : Telah mengabarkan kepada kami Wahb bin Jarir telah menceritakan
kepada kami Syu'bah dari Abu At Tayyah dari Mutharrif dari Abdullah bin Mughaffal
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh seluruh
anjing, lalu beliau bersabda: "Aku tidak memiliki urusan dengan
anjing-anjing itu." kemudian beliau memberi keringanan pada anjing penjaga
tanaman dan anjing untuk berburu.
أَخْبَرَنَا
خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
(DARIMI
- 1922) : Telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan
kepada kami Malik dari [Nafi' dari Ibnu Umar, ia berkata; "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing."
أَخْبَرَنَا
سَعِيدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا
أَنَّ الْكِلَابَ أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا كُلِّهَا
وَلَكِنْ اقْتُلُوا مِنْهَا كُلَّ أَسْوَدَ بَهِيمٍ قَالَ سَعِيدُ بْنُ عَامِرٍ الْبَهِيمُ
الْأَسْوَدُ كُلُّهُ
(DARIMI
- 1923) : Telah mengabarkan kepada kami Sa'id bin 'Amir telah menceritakan kepada
kami 'Auf dari Al Hasan dari Abdullah bin Mughaffal, ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seandainya anjing bukan termasuk
salah satu dari berbagai umat, niscaya aku akan memerintahkan untuk membunuh
seluruhnya, akan tetapi bunuhlah setiap anjing hitam bahim (legam)." Sa'id
bin 'Amir berkata; "Al Bahim adalah yang hitam seluruhnya."
و
حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
(MALIK
- 1531) : Telah menceritakan kepadaku Malik dari Nafi' dari Abdullah bin Umar
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh
anjing."
D. Kualitas
Sanad
Penjelasan
kualitas sanad hadis pada tema inti pembahasan:
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
Dalam persambungan sanad perlu kiranya penulis paparkan
kualitas sanad pada hadis inti pembahasan ini, hal ini dilakukan dengan
menggunakan kitab rijal al-hadis guna meneliti satu persatu rawi dalam hadis
ini, menggunakan kitab Tahdzib al-Tahdzib[8]
dan Tahdzib al-Kamal.[9]
1.
‘Abd Allah ibn
Yûsuf
(W. 218 H)
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn Yûsuf Abû Muhammad
al-Tunîsî Berasal dari Damaskus. Mengambil hadis melalui jalur Malik ibn Anas,
Layyis ibn Sa’id, Yuhî ibn Hamzah, ‘Abd Allah ibn Sâlim al-Humshî. Bukhari
meriwayatkan hadis tentang permulaan wahyu dan tema lain. Pertama kali berjumpa
dengan beliau di Mesir tahun 217 H. Setahun berikutnya ia wafat pada usia 70 tahun.[10]
a)
Abu Ahmad
ibn ‘Adî al-Jurjanî : Shaduq
b)
Abû Ya’la
al-Hilalî : Tsiqah
c)
Ibn Hajar al-Asqalânî
: Tsiqah
d)
Al-Dzahabî : Al-Hâfidz
2.
Mâlik (W.
179 H)
Nama lengkapnya adalah Mâlik ibn Anas ibn Abî ‘Amîr,
Kunyahnya Abû ‘Abd Allah. Mengambil riwayat dari Nafi’, al-Zuhrî, Yahya ibn Sa’id,
Zaid ibn Aslam, ‘Abd Allah ibn Dînâr, dll. Dan hadisnya banyak diriwayatkan
melalui jalur sanad Yahya al-Qatthân, ‘Abd Allah ibn Yûsuf, Abû Naîm, dll. Beliau
wafat pada tahun 179 H di Madinah.[11]
a)
Abû Bakar
al-Baihaqî : Tsiqah
b)
Abû Hâtim ibn
Hibban al-Bustî : Tsiqah
c)
‘Alî ibn al-Madînî
: Amir al-Mu’minin
d)
Muhammad ibn
Saad Kâtib al-Waqidî : Tsiqah
3.
Nâfi’ (W.
117 H)
Nama lengkapnya adalah Abû ‘Abd Allah, Mawla ‘Abd Allah ibn
‘Umar ibn al-Khattâb, menerima hadis melalui jalur Ibn ‘Umar, Abî Sa’id
al-Khudrî, Abû Hurairah, dll. Dan hadisnya diriwayatkan melalui jalur Shâlih
ibn Kaisân, Mûsâ ibn ‘Uqbah, Mâlik, ‘Ubaid Allah ibn ‘Umar, dll. Beliau
wafat pada Tahun 117 H.[12]
a)
Ahmad ibn Syuaib
al-Nasa’î : Tsiqah
b)
Ahmad ib Shâleh
al-Mishrî : Hafidz
c)
Yahya ibn Mu’ayyan
: Tsiqah
d)
‘Abd al-Rahman
ibn Yûsuf ibn Khurasi : Tsiqah
4.
‘Abd Allah
ibn ‘Umar
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn ‘Umar ibn al-Khattâb
al-Qurasî al-‘Adî Abû ‘Abd al-Rahman al-Makkî. Meriwayatkan hadis melalui jalur
langsung dari nabi, Zaîd ibn Tsabit, Saad ibn Abî Waqash, dll. Yang meriwayatkan
hadis dari jalurnya diantaranya Tamim ibn ‘Iyad, Nafî’, Muhammad ibn Sirîn,
dll.
حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ
أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ السَّبَّاقِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ
بْنَ عَبَّاسٍ قَالَ أَخْبَرَتْنِي مَيْمُونَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْبَحَ يَوْمًا وَاجِمًا فَقَالَتْ مَيْمُونَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
لَقَدْ اسْتَنْكَرْتُ هَيْئَتَكَ مُنْذُ الْيَوْمِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ كَانَ وَعَدَنِي أَنْ يَلْقَانِي اللَّيْلَةَ
فَلَمْ يَلْقَنِي أَمَ وَاللَّهِ مَا أَخْلَفَنِي قَالَ فَظَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَهُ ذَلِكَ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ وَقَعَ فِي نَفْسِهِ
جِرْوُ كَلْبٍ تَحْتَ فُسْطَاطٍ لَنَا فَأَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ
مَاءً فَنَضَحَ مَكَانَهُ فَلَمَّا أَمْسَى لَقِيَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ قَدْ كُنْتَ
وَعَدْتَنِي أَنْ تَلْقَانِي الْبَارِحَةَ قَالَ أَجَلْ وَلَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا
فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ كَلْبِ
الْحَائِطِ الصَّغِيرِ وَيَتْرُكُ كَلْبَ الْحَائِطِ الْكَبِيرِ
Sedangkan sanad pada hadis kedua, sebagai berikut:
- Harmalah ibn Yahyâ
(w. 166 H)
Nama lengkapnya adalah Harmalah ibn Yahya ibn ‘Abd Allah
ibn Harmalah ibn ‘Imran ibn Qirâd al-Tajîbî Abû Hafs al-Misr. Meriwayatkan hadis
melalui jalur Idris ibn Yahya al-Khulânî, ‘Abd Allah ibn Wahab, dll. Yang mengambil jalur hadis beliau diantaranya Imam Muslim, Ibn Majâh,
Ahmad ibn Mansur al-Ramâdî, dll.
a)
Abu Hatim ibn
Hibban al-Busti : Tsiqah
b)
Ibn Hajar al-‘Asqalanî
: Shadûq
c)
Al-Dzahabi : Shaduq
d)
Abû Hafsh ‘Umar
ibn Syahîn : Tsiqah
- Ibn Wahb (w.125)
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn Wahb ibn Muslim
al-Qurasî al-Faharî Abû Muhammad al-Misrî al-al-Fiqhî, meriwayatkan dari jalur
Ibrahim ibn Saad al-Zuhrî, Khalil ibn Murrah, Yunus ibn Yazid, dll. Yang meriwayatkan
hadis darinya diantaranya Harmalah ibn Yahya al-Tajîbî, Ishaq ibn Musa
al-ansharî, Ahmad ibn Shâlih al-Mishrî, dll.
a)
Abû Ya’lâ
al-Khalilî : Tsiqah Muttafaqun ‘alaihi
b)
Ibn Hajar
al-Asqalânî : Tsiqah Hafiz ‘Abîd Faqîh
c)
Ahmad ibn ‘Abd
Allah al-‘Ajlî : Tsiqah
d)
Ibn Abî Hâtim
al-Razî : Shaduq
- Yûnus (w. )
Nama lengkapnya adalah Yûnus ibn Yazîd ibn Misykân ibn Abî
al-Najd. Meriwayatkan Hadis melalui Jalur ‘Ikrimah Maula ibn ‘Abbas, ibn Syihab
al-Zuhrî, ‘Imran ibn Abî Anas, dll. Yang meriwayatkan hadis melalui jalurnya
diantaranya ibn Wahab, Jarîr ibn Hazm, Rasyidin ibn Saad, dll.
a.
Ahmad ibn Syuaib
al-Nasa’î : Tsiqah
b.
Abû Zar’ah
al-Razî : La ba’sa bih (tidak ada apa-apa padanya)
c.
Ahmad ibn ‘Abd
Allah al-Ajlî : Tsiqah
d.
Ibn Hajar
al-Asqalânî : Tsiqah
- Ibn Syihâb (w. 52 H)
Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Muslim ibn ‘Ubaid
Allah ibn ‘Abd Allah ibn Syihâb ibn ‘Abd Allah ibn al-Hârits ibn Zuhroh ibn
Kilâb ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Luay ibn Ghâlib al-Qurasy al-Zuhrî Abû Bakar
al-Madanî, berasal dari kota syam. Meriwayatkan hadis melalui jalur Anas ibn Malik, Jabir ibn ‘Abd Allah, ‘Ubaid ibn
al-Sabâq, dll. Yang meriwayatkan hadis melalui jalurnya diantaranya Ayub ibn
Musa, Yûnus ibn Yazîd, ‘Athâ` ibn Abî Rabâh, dll.
a)
Ibn
Hajar al-Asqalânî : Faqîh, al-Hâfidz
b)
Abû
‘Abd Allah al-Hakam : Tsiqah
c)
Muhammad
ibn Saad Kâtib al-Wâqidî : Tsiqah
d)
Yahya
ibn Sa’id al-Qattân : Hâfidz
- Ibn al-Sabbâq (w. )
Nama lengkapnya adalah ‘Ubaid ibn al-Sabâq al-Tsaqafî al-Madanî,
masyhur dengan menggunakan nama ibn al-Sabâq. Meriwayatkan hadis melalui jalur Usamâh
ibn Zaîd, ‘Abd Allah ibn ‘Abbâs, Maimunah binti Harits, dll. Yang meriwayatkan
hadis melalui jalurnya diantaranya Saîd ibn ‘Ubaid ibn al-Sabâq, ibn Syihab al-Zuhrî,
Muslim ibn Muslim ibn Ma’bad, dll.
a)
Ibn Hajar
al-Asqalânî : Tsiqah
b)
Ahmad ibn ‘Abd
Allah al-‘Ajlî : Tsiqah
c)
Abû Hâtim ibn
Hibban al-Bustî : Tsiqah
- ‘Abd Allah ibn ‘Abbas
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn ‘Abbas ibn ‘Abd
al-Muthâlib al-Qurasy al-Hâsimî Abû ‘Abbas al-Madanî yang merupakan paman nabi.
Meriwayatkan hadis melalui jalur Nabi secara langsung, Muâdz ibn Jabal, Abî
Dzar al-Ghifârî, Maimunah binti al-Harits, dll.. Yang meriwayatkan ibn
al-Sabâq, Arqam ibn syurahbîl, Anas ibn Malik, dll.
a)
Ibn Hajar al-asqalânî
: Tsiqah, Faqîh
b)
Abû Hâtim ibn
Hibban al-Bustî : Tsiqah
- Maimunah
Nama lengkapnya adalah Maimunah binti al-Harits al-Hilâliyah
yang juga merupakan istri nabi. meriwayatkan hadis langsung melalui nabi dan
tidak ada jalur lainnya. Yang meriwayatkan hadisnya diantaranya ‘Abd Allah ibn ‘Abbas,
Sulaimân ibn Yasâr, ‘Ubaid ibn al-Sabaq, dll.
a)
Ibnu Hajar
al-Asqalânî : Umm al-Mu’minin
b)
Abû Hâtim ibn
Hibban al-Bustî : Umm al-Mu’minin
c)
Al-Dzahabî : Umm
al-Mu’minin
E.
Makna Hadis
Perkata
أَمَرَ بِقَتْلِ
الْكِلَابِ
Secara Keseluruhan, makna tekstual dari hadis di atas:[13]
Memerintah/Perintah
|
:
|
أَمَرَ
|
Membunuh
|
:
|
قَتْلِ
|
Anjing-Anjing
|
:
|
الْكِلَابِ
|
Untuk Hadis yang kedua sebagai berikut:
يَا رَسُولَ اللَّهِ
لَقَدْ اسْتَنْكَرْتُ هَيْئَتَكَ مُنْذُ الْيَوْمِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ كَانَ وَعَدَنِي أَنْ يَلْقَانِي اللَّيْلَةَ فَلَمْ
يَلْقَنِي أَمَ وَاللَّهِ مَا أَخْلَفَنِي قَالَ فَظَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَهُ ذَلِكَ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ وَقَعَ فِي نَفْسِهِ جِرْوُ
كَلْبٍ تَحْتَ فُسْطَاطٍ لَنَا فَأَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ مَاءً
فَنَضَحَ مَكَانَهُ فَلَمَّا أَمْسَى لَقِيَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ قَدْ كُنْتَ
وَعَدْتَنِي أَنْ تَلْقَانِي الْبَارِحَةَ قَالَ أَجَلْ وَلَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا
فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ كَلْبِ
الْحَائِطِ الصَّغِيرِ وَيَتْرُكُ كَلْبَ الْحَائِطِ الْكَبِيرِ
Penampilan
/ roman muka
|
:
|
هَيْئَة
|
|
Aku Heran / menyesalkan
|
:
|
اسْتَنْكَرْتُ
|
Menjumpai Aku
|
:
|
يَلْقَانِي
|
|
Menjanjikan aku
|
:
|
وَعَدَنِي
|
Maka
Membayangi
|
:
|
فَظَلَّ
|
|
Menyalahi janji denganku
|
:
|
أَخْلَفَنِي
|
Anak
anjing
|
:
|
جِرْوُ
|
|
Mendapati
/ terjadi / menemukan
|
:
|
وَقَعَ
|
Memerintah
/ Perintah
|
:
|
أَمَرَ
|
|
Tempat
Berteduh / Tempat Tidur
|
:
|
فُسْطَاطٍ
|
Sore
/ Petang
|
:
|
أَمْسَى
|
|
Meneteskan
/ memercikan
|
:
|
نَضَحَ
|
Iya
|
:
|
أَجَلْ
|
|
Kemarin
|
:
|
الْبَارِحَةَ
|
Rumah
|
:
|
بَيْتًا
|
|
Kami
Masuk / Memasuki
|
:
|
نَدْخُلُ
|
Lukisan
|
:
|
صُورَةٌ
|
|
Anjing
|
:
|
كَلْبٌ
|
Anjing
Penjaga Kebun yang kecil
|
:
|
كَلْبِ الْحَائِطِ الصَّغِيرِ
|
|
Pagi
Hari
|
:
|
أَصْبَحَ
|
Anjing
Penjaga Kebun yang besar
|
:
|
كَلْبَ الْحَائِطِ
الْكَبِيرِ
|
|
Meninggalkan
/ membiarkan
|
:
|
يَتْرُكُ
|
F.
Penjelasan Hadis
Membunuh Anjing
Anjing merupakan hewan yang bisa dikatakan sebagai tokoh
sentral dalam pembahasan sebagian hukum islam dalam bab bersuci,[14]
bagaimana tidak, pembahasannya yang meliputi bab paling krusial dalam tahapan
beribadah, yakni bersuci, menempatkannya menjadi subjek pembahasan yang cukup
penting dikarenakan sifat anjing yang membawa najis dalam tingkat yang paling tinggi.
Dalam tinjauan bahasa, anjing adalah binatang menyusui
yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dan sebagainya.[15] Dan terma
ini pun sesuai dengan fungsinya pula yang tercantum dalam al-Qur’an
sebagai penjaga pemuda dalam kisah ashab al-kahfi.
Al-Qur’an sendiri mereferensikan didalamnya terkandung
terma anjing dengan al-Kalb, yang keseluruhannya tercatat sejumlah empat
tempat dalam tiga surah di al-Qur’an. Secara tartib mushafi: Pertama, terkandung
pada surah al-Maidah ayat 4 yang menyajikan penjelasan tentang halalnya daging
buruan hewan yang terlatih dan dilepaskan dengan menyebut nama Allah.[16] Kedua,
ayat yang mengandung kata anjing dengan berupaya menjelaskan tentang manusia
yang seakan mabuk dengan kesenangan dunia dan selalu mengikuti kehendak nafsu
didalam dirinya dengan diumpamakan seperti anjing yang senantiasa menjulurkan
lidahnya.[17]
Ketiga, kisah tersendiri tersemat dalam dua tempat pada surah al-kahfi
ayat 18 dan 22 yang menjelaskan tentang anjing yang juga merupakan teman sekaligus
pelindung pemuda-pemuda yang bersembunyi di dalam gua demi menyelamatkan
keimanan mereka.[18]
Dalam
segi kehukuman fiqih tentang anjing setidaknya Imam al-Syafi’i memberikan
pendapatnya dengan sangat berhati-hati dan memilih menetapkan hukum memelihara
anjing untuk keperluan apapun adalah haram. Sementara lain halnya dengan Imam
Malik yang menganggap bahwa anjing sebagai hewan yang najis dan cenderung lebih
longgar dalam menetapkan hukum
atasnya, terlebih jika memelihara anjing untuk keperluan mengamankan rumah
adalah hukumnya mubah, dan apabila terkena jilatan atau tetesan air liurnya
maka harus dibersihkan sesuai dengan syariat Nabi.[19] Dari dua pendapat ini untuk dasar pemeliharaannya saja
terdapat perbedaan, adapun mempunyai kesamaan dalam prosesi penyuciannya yang
didasarkan perintah nabi.
Sementara dalam segi akidah, hadis lain yang ikut
menggambarkan posisi anjing yang terdapat dalam hadis juga mendapatkan
perhatian khusus terlebih dengan adanya hadis yang menyebutkan malaikat tidak
akan memasuki rumah yang didalamnya terdapat anjing secara umum didalamnya.
Sebagaimana sabda beliau yang tentunya berkaitan dengan pembahasan kali ini,
sebagai berikut:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِي
ابْنُ وَهْبٍ قَالَ حَدَّثَنِي عُمَرُ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ وَعَدَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيلُ فَقَالَ إِنَّا لَا
نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ وَلَا كَلْبٌ
(BUKHARI - 2988) : Telah bercerita kepada kami Yahya bin
Sulaiman berkata telah bercerita kepadaku Ibnu Wahb berkata telah bercerita
kepadaku 'Umar dari Salim dari bapaknya berkata; "Malaikat Jibril berjanji
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, katanya: "Kami tidak akan masuk
ke dalam rumah yang di dalamnya ada gambar ataupun anjing".
Dalam hadis di atas secara khusus memang memberikan
perhatian kepada persoalan anjing yang memang menjadi sebab tidak datangnya
malaikat jibril dan ini merupakan ungkapan yang dituturkan langsung oleh nabi
berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada malaikat. Sementara pada redaksi
lain, menambahkan tiga kriteria tambahan dimana malaikat enggan untuk datang
pada beberapa keadaan, yaitu rumah yang terdapat gambar, orang yang sedang junub,
dan lonceng.
Imam nawawi dalam kitab Syarh-nya membagi setidaknya empat sebab kenapa malaikat enggan
datang pada rumah yang terdapat anjing. Pertama, hal ini lebih
dikarenakan makanan yang dimakan oleh anjing sering kali makanan yang najis. Kedua,
lebih dikarenakan petunjuk hadis lain yang menyebutkan bahwa anjing adalah
jelmaan setan, sementara malaikat dan setan pun saling bertentangan satu sama
lain.[20] Ketiga, anjing mempunyai aroma
atau bau yang busuk. Dan yang terakhir yakni keempat, karena pada dasarnya
pemeliharaan anjing itu adalah merupakan perbuatan yang dilarang dengan
beberapa kondisi, yang menyebabkan orang yang tetap bersikukuh memeliharanya tidak
didatangi malaikat karena terhalang oleh keberadaan anjing.[21]
Al-Khaththabi dalam kitab Imam al-Nawawi, memberikan
penjelasan bahwa yang dimaksud dengan anjing pada problem ini adalah anjing yang
diharamkan kepemilikannnya, seperti anjing untuk bersenang-senang.[22] Lain
halnya jika menyangkut azas pemanfaatan yang jelas, yakni digunakan untuk
berburu misalnya, atau yang lainnya seperti menjaga rumah atau anjing
peternakan, dan anjing pertanian.[23] Lebih
lanjut Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa kesifatumuman yang dikandung dalam
hadis di atas menyebabkan terhalangnya malaikat, dan hal ini turut dialami oleh
nabi sendiri yang tidak mengetahui keberadaan anjing kecil di bawah ranjangnya,
sehingga menyebabkan malaikat Jibril enggan untuk mendatanginya, sekilas
ketidak tahuan nabi seharusnya menjadikan udzur yang disebabkan
ketidaktahuannya, namun Malaikat Jibril tetap menolak dengan alasan tersebut.
Perlunya membangun
konstruksi sebelum dan sesudahnya perintah membunuh anjing disabdakan oleh nabi
menjadi syarat mendasar, terlebih sebab yang disampaikan nabi dalam hadis yang
berkaitan dengan keengganan malaikat menemuinya dijadikan tolak ukur untuk
membunuh beberapa anjing ketika itu, dan jika ditarik garis lurus dengan periwayatan
hadis tentang seseorang yang memberi minum anjing yang kehausan yang
menjadikannya diampuni dosa oleh allah, serta anjuran rasul untuk berbuat baik
kepada makhluk hidup lain, yakni hewan. Hadisnya sebagai
berikut:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي
بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي
بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ
ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ
الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ
بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ فَسَقَى
الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ
رَطْبَةٍ أَجْرٌ
“Telah menceritakan kepada kami Isma'il telah
menceritakan kepadaku Malik dari Sumayya bekas budak Abu Bakr, dari Abu Shalih
As Samman dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Pada suatu ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan melalui
suatu jalan, lalu dia merasa sangat kehausan. Kebetulan dia menemukan sebuah
sumur, maka dia turun ke sumur itu untuk minum. Setelah keluar dari sumur, dia
melihat seekor anjing menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena
kehausan. Orang itu berkata dalam hatinya; 'Alangkah hausnya anjing itu, seperti
yang baru ku alami.' Lalu dia turun kembali ke sumur, kemudian dia menciduk air
dengan sepatunya, dibawanya ke atas dan diminumkannya kepada anjing itu. Maka
Allah berterima kasih kepada orang itu (diterima-Nya amalnya) dan diampuni-Nya
dosanya.' Para sahabat bertanya; 'Ya, Rasulullah! Dapat pahalakah kami bila
menyayangi hewan-hewan ini? ' Jawab beliau: 'Ya, setiap menyayangi makhluk
hidup adalah berpahala."
Jika merunut sejarah, perawi dari kalangan sahabat yang pertama pada hadis
di atas yakni Abu Hurairah, yang dikenal dalam sejarah sebagai seseorang yang
meriwayatkan banyak hadis, terlebih ia juga bagian ahl al-Shuffah yang menjadikannya
sering berinteraksi dengan nabi di masjid Nabawi.[24] Hal ini
juga mengindikasikan riwayat yang beliau sampaikan menjadi peristiwa yang terjadi
di Madinah atau setelah nabi hijrah yang mengisahkan peristiwa yang nabi
ketahui tentang menyayangi makhluk hidup sehingga ikut berkorelasi dengan hadis
lainnya, yakni hadis berikut:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُسَدَّدٌ
الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي قَابُوسَ مَوْلَى
لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ
ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah
dan Musaddad secara makna, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami
Sufyan dari Amru dari Abu Qabus -mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh)
Abdullah bin Amru- dari Abdullah bin Amru dan sanadnya sampai kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, (beliau bersabda): "Para penyayang akan
disayangi oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi
oleh siapa saja yang di langit." (H.R. Abu Daud)
Hadis di atas tentu menunjukkan kita untuk
menebar kasih sayang kepada segala bentuk kehidupan yang hadir di bumi ciptaan
Allah ini, maka jaminan yang didapatkan adalah penghuni langit pun akan
memberikan kasih sayangnya. Hal ini pula tidak terlepas dari kisah dalam hadis
yang berkaitan dengan upaya berbelas kasih terhadap seekor anjing yang
ditunjukkan seorang manusia hingga ia memperoleh ganjaran yang cukup besar dari
Allah Swt, jika dikaitkan tindakannya.
Kehadiran hadis tentang membunuh anjing di tengah-tengah iklim kerahmahan
patut diberikan garis besar juga, kondisi apa yang menyebabkan nabi hingga
memberikan sabda yang memang bukan seperti nabi biasanya, segenting itu -jika
merujuk asbab al-wurûd- informasi yang akan disampaikan dan dijanjikan
oleh malaikat Jibril. Dan karena perintah itu Imam al-Nawawi
dalam kitabnya memberikan penjelasan tentang membunuh anjing. Sebagai berikut:[25]
Pertama, bersepakat
ulama mengenai kebolehan membunuh anjing yang mengganggu dan membahayakan atau
istilahnya dalam hadis, anjing galak. Kedua, mereka berbeda pendapat
mengenai kebolehan membunuh jika tidak disertai dengan maksud yang mendesak
atau membahayakan atau berpotensi membahayakan. Imam al-Haramaîn menjelaskan
secara rinci pola dalam perintah membunuh anjing pada beberapa hadis di atas,
sebagai berikut:
1.
Perintah pertama
kali memang ditujukan untuk kebolehan membunuhnya dengan sebab sebagai mana
dijelaskan beberapa hadis di atas.
2.
Melarang melaksanakan
perintah itu, dengan memberikan pengecualian terhadap anjing yang berwarna
hitam pekat saja yang boleh di bunuh.
3.
Melarang melaksanakan
perintah membunuh yang ditetapkan secara syara’ secara keseluruhan, sekalipun berwarna
hitam pekat atau sejenisnya yang mengandung identitas khusus.
Pemahaman tentang
perintah yang bersifat mendesak pun disertai dalil penguat lainnya, untuk
memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang suatu peristiwa dan bahkan
kondisi serta Bahasa yang disampaikan menjadi focus pendekatan tahlili pula.
Sementara dalam dunia modern menempati posisi yang bisa dibilang cukup mumpuni, yang
awalnya ditempatkan sebagai tiga hal khusus yakni menjaga, berburu dan pengaman
hewan ternak, telah mengalami perkembangan pemanfaatan dan bahkan profesi dan
bidang keilmuan pun seperti ilmu kedokteran hewan dan ilmu kepolisian ikut
menggunakan anjing dalam proses pembelajaran dan pemanfaatannya, dan terdapat pula pelayanan jasa memandikan atau perawatan hewan
khususnya anjing yang hasil dari pelayanannnya seringkali disamakan sebagai
hasil harga anjing.
Ilmu kepolisian memanfaatkan potensi manfaat anjing yang dapat mengendus
beberapa barang yang memang manusia biasa tidak bisa lakukan, dengan menyelidiki
suatu barang melalui indera penciumannya. Sementara kedokteran hewan sendiri
memang lebih luas dalam upaya perawatan dan pengobatan dengan tidak hanya
memfokuskan kepada anjing saja, tetapi semua hewan, terlebih khusus anjing yang
memiliki virus rabies dalam air liurnya.
Dalam konteks dunia modern masa kini keberadaan anjing menjadi lebih eksklusif,
kepemilikannya sebagian besar hanya dimiliki oleh beberapa orang berpenghasilan
menengah keatas, dan hal ini pun hanya dikhususkan pada ras-ras anjing tertentu
saja. Sementara anjing lokal biasanya dijadikan binatang peliharaan untuk
segmentasi ekonomi kebawah dan berada pada beberapa lokasi saja, yang tidak
terlalu dominan penganut agama Islam di lokasi tersebut.
Masyarakat yang didominasi oleh mayoritas muslim pun dalam memahami situasi
di atas setidaknya terbagi pada dua sisi, yakni yang menolak keberadaan anjing
dengan membunuhnya agar tidak menjadi sesuatu yang mengganggu atau membahayakan
di kemudian hari dalam hal beribadah mereka dan tindakannya cenderung aggresif,
dan satu lagi yang menerima keberadaan anjing dengan memperhatikan segala
sesuatu, dengan memahami selama tidak mengganggu dan menyakiti maka tidak perlu
dibunuh dan tindakannya cenderung pasif.
Perhatian pemerintah pun dalam menanggapi hal tersebut mempunyai
perhatiannya tersendiri, semisal di Jakarta, upaya razia anjing liar pun sempat
diwacanakan pada awal tahun 2018,[26] dengan
berkonsentrasi pada beberpa titik lokasi semisal perumahan padat penduduk dan
di sekitar wilayah perkomplekan. Alasan yang diutarakan pemerintah pun yakni
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit rabies pada hewan dan menghindari
terjadinya penyerangan anjing berpenyakit ini kepada manusia. Akan tetapi
setelah dilakukan juga pada awal tahun 2019, upaya pemerintah ini ternyata
dikecam oleh beberapa aktivis hewan, yang menilai perlakuan terhadap hewan yang
terkena razia terlalu kasar.[27]
Sehingga dalam konteks dunia modern segala tindakan penyiksaan, perlakuan
kasar, atau bahkan membunuh hewan yang dalam hal pembahasan kali ini yaitu
pembahasan tentang membunuh anjing tentu akan mendapat respon yang kontras.
Maka perlu dirumuskan kriteria apa yang mesti ditetapkan dalam membunuh anjing
mengingat perintah tersebut sebagai sumber ajaran agama, dan tentunya mempunyai
konsekuensi tersendiri dalam pengamalannya. Dan penulis sepakat
dengan kutipan yang digunakan oleh Imam al-Nawâwî dengan pendapatnya, namun
memberikan kredit khusus untuk permasalahan anjing liar dengan menyetujui jika
memang perlu untuk dibunuh.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anjing
menjadi objek kajian dalam melihat hadis yang memerintahkan membunuhnya, dengan
sepotong hadis yang dibalut dalam periwayatan yang cukup kuat berpotensi
diamalkan pada sudut pandang hadis tersebut saja, padahal seharusnya perlu
pendukung hadis yang memadai dalam memahami konteks perintah membunuh anjing
kala itu. Oleh karena itu, perlu sekali memahami hadis ini dengan memerlukan
hadis yang se-tema.
Penulis
menemukan bahwa terdapat tiga tipe periwayatan dalam perintah membunuh anjing,
satu perintah dengan tergesa-gesa yang kala itu mesti dilakukan, dan perintah
eksepsional yaiitu perintah dengan memberikan Batasan identitas tertentu, dan
perintah untuk tidak memelihara, dalam hal demikian penulis menyadari perintah
membunuh nampaknya hadir ketika kala itu mempunyai tiga sebab pula, pertama
membahayakan sebagaimana dengan hadis yang menyebutkan lima hewan pasik yang
boleh dibunuh, kedua dimanfaatkan dikarenakan kebutuhan manusia dalam menjaga
atau melindungi sesuatu, ketiga karena memang mengganggu dan kebetulan memang
tidak ada yang bertanggung jawab atas hewan tersebut, maka menurut penulis
dalam penelitian ini adalah boleh membunuh dalam taraf tertentu, jika memang
sudah mulai mengganggu.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Nizar. Memahami Hadis
Nabi (Metode dan Pendekatan). Yogyakarta: CeSAD YPI al-Rahmah, 2001
Baso, Ahmad Post
Tradisionalisme Islam, terj. Ahmad Baso. Yogyakarta: LKIS,2000
Dosen Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Metodologi Penelitian Living
Qur’an dan Hadis, Sahorin Syamsuddin(ed.). Yogyakarta: Teras, 2007
Ghazali, Muḥammad. Studi Kritis atas Hadis Nabi SAW. Antara Pemahaman
Tekstual dan Kontekstual, Terj. Muḥammad al-Baqir.
Bandung: Mizan,1996
Hitti, Philip K. History
of the Arabs. London: The Macmillan Press, 1974
Ilyas, Yunahar. dan
M. Mas’udi. Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadis. Cet.I .
Yogyakarta: LPPI, 1996
Ismail, Muḥammad Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis
Nabi. Jakarta: Bulan
Bintang, 1992
-------, Hadis
Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Telaah Ma’ani al-Hadis tentang Ajaran Islam yang
Universal, Temporal, dan Lokal. Jakarta: Bulan Bintang, 1994
-------, Hadis
Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya. Jakarta: Gema Insani Press, 1995
M. Isa H. A. Salam,
Bustamin. Metodologi
Kritik Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004
Mandzur, Ibnu. Lisan
al-Arab. Beirut: Dar
al-Fikr, 1990
Mustafa Azami, Muḥammad. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992
Munawwar, Said Agil
Husin dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud (Studi Kritik Hadis Nabi Pendekatan
Sosio-Historis-Kontekstual.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001
Qaradâwî, Yusuf. Kaifa
Nata’amalu Ma’a as-Sunnah an-Nabawiyah (Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw). Diterj. Muḥammad al-Baqir. Bandung: Karisma, 1993
Rahman, Fazlur.
Dkk, Wacana
Studi Hadis Kontemporer. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002
-------, Terj. Anas
Mahyuddin. Membuka
Pintu Ijtihad. Bandung: Pustaka, 1984
Rudliyana, Muḥammad Dede. Perkembangan Pemikiran Ulumul Hadis
dari Klasik Sampai Modern. Bandung: Pustaka Setia.2004
Shihab, M. Quraish.
Membumikan
al-Qur’ān: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Mizan,
1992
Suryadi. 2008. Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi Perspektif Muḥammad
al-Ghazālī dan Yusuf al-Qaradâwî.
Yogyakarta: Teras.
Suryadi, Rekonstruksi
Metodologis Pemahaman Hadis Nabi, dalam wacana studi hadis kontemporer PT. Tiara Wacana,
2002
Zuhri, Muh. Telaah
Matan Hadis (Sebuah Tawaran Metodologis). Yogyakarta:LESFI,2003
-------, Hadis
Nabi; Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003
Fatimah,Siti. 2009. Skripsi Metode Pemahaman Hadits Nabi Dengan
Mempertimbangkan Asbabul Wurud Studi Komparasi
Yusuf al-Qaradâwî dan Suhudi Ismail. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Suryadilaga, M.
Alfatih, “Metode Hermeneutik dalam Pensyarahan Hadis: Ke Arah Pemahaman Hadis
yang Ideal dan Komprehensip”, Jurnal Studi Ilmu al-Qur’ān dan Hadis. Vol. 1, No. 1,
Januari 2001.
Ya’qub, Ali
Mustafa. “Cara Benar Memahami Hadis. Pustaka Firdaus, cet.II
2016
Khaeruman, Badri. “Otentisitas Hadis
: Studi Kritis Atas Kajian Hadis Kontemporer. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset. 2004
al-Asqalani,
Ibnu Hajar. Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari Jilid 2. Jakarta: Pustaka
Azzam, 2002.
Abî Hasan Nûr al-Dîn Muhammad ibn ‘Abd al-Hadî al-Sindî, Shahih
al-Bukhârî: bi Hasyiyah al-Imâm al-Sindî Jilid Kedua, (Beirut: Dâr
al-Kutub al-Ilmiyah, 1998.
Abî Al-Hasan Muslim ibn al-Hajjâj al-Naisâburî, Shahih
Muslim Jilid 3, (Qâhirah: Dâr al-Hadîs, 2010
Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqî, Miftah Kunûz al-Sunnah, (Lahore: Idârah
Tarjamân al-Sunnah, 1978
Syams al-Dîn Abî ‘Abd Allah al-Dzahabî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Qahirah:
Dâr al-Kautsar, 2004.
Jamâl al-Dîn Abî al-Hujjâj Yûsuf al-Mizzi,
Tahdzibul Kamal fi Asmâ al-Rijâl, (Beirut: Al-Mua’sasah al-Risalah, 1992.
al-Kalâbâdzî, Abî Nashr Ahmad ibn Muhammad ibn Husain al-Bukhârî. Rijal
Shahih al-Bukhârî, (Beirut: Dâr al-Ma’arif, 1978.
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut, Dar
al-Fikr al-Mu’atsir, 1985.
Imam al-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim: Jilid 10, Cet. Kelima
Terj. Agus Ma’mun, Dkk, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2015.
Website:
Data tentang sejumlah hewan yang ditangkap didapat https://tirto.id/dprd-dki-sebut-perlu-ada-razia-anjing-kucing-liar-tiga-kali-setahun-ddM7
diakses pada tgl 31 Juli 2019 pukul 23:12.
https://www.suara.com/news/2019/01/08/100606/dikecam-pecinta-hewan-anies-minta-razia-kucing-dan-anjing-ditunda diakses pada tgl 31 Juli
2019 pukul 23:19.
[1] Hal ini
demikian yang disajikan dalam firman-Nya yang menunjukkan bahwasanya penciptaan
manusia pula didukung perangkat lainnya yang saling mengisi, yaitu tumbuhan dan
hewan. Hal ini tergambar dalam surah al-Nazi’at ayat 27-33.
[2] Penyajian
yang disampaikan dalam al-qur’an memang secara tersirat menunjukkan keharaman
babi saja, hal ini dapat dilihat dalam firmannya surah al-baqarah [2]: 173.
Sementara permasalahan keharaman dan kenajisan anjing berpusat pada persoalan
fikih yang cenderung memberikan batasan yang penuh kehati-hatian mengingat
larangan yang cukup jelas padanya, terutama dalam kenajisan anjing yang berada
pada level tertinggi. Lih. Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarh
Shahih Bukhari Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002) h. 132-134
[3] Hadis Nomor
3323 Kitab Bida` al-Khalq Bab Idzâ Waqa’a al-Dzubâb fî Syarâb Ahadikum
fal-yagmishu…. , terletak pada hadis keempat dalam bab itu. Lih. Abî
Hasan Nûr al-Dîn Muhammad ibn ‘Abd al-Hadî al-Sindî, Shahih
al-Bukhârî: bi Hasyiyah al-Imâm al-Sindî Jilid Kedua, (Beirut: Dâr
al-Kutub al-Ilmiyah, 1998), h. 409
[4] Abî Al-Hasan
Muslim ibn al-Hajjâj al-Naisâburî, Shahih Muslim Jilid 3, (Qâhirah:
Dâr al-Hadîs, 2010), h. 484
[5] Ahmad Ibn
Hanbal, Musnad Ahmad
[6] Muhammad
Fuad ‘Abd al-Bâqî, Miftah Kunûz al-Sunnah, (Lahore: Idârah Tarjamân
al-Sunnah, 1978), h. 420
[7] Dalam kitab
tersebut terdapat lumayan banyak pembahasan tentang anjing dan terkait dengan
cukup banyak hadis terutama pada bab hadis fikih tentang anjing, karena anjing
juga merupakan objek hukum yang sering dibahas dalam fikih. Namun pembahasan
khusus tentang membunuh anjing memang dengan khusus dikelompokkan yang
mengindikasikan pula bahwa hadis perintah membunuh juga mempunyai jumlah hadis
yang tidak sedikit dan tentu sangat penting. Dalam kitab itu Dengan menggunakan
kata kunci (الْكِلَابُ) dan terkhusus pada pembahasan أَمْرُ النبي بِقَتْلِ الْكِلَابِ dengan demikian didapatkan informasi sebagaimana tertulis
di atas. Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqî, Miftah Kunûz al-Sunnah, (Lahore:
Idârah Tarjamân al-Sunnah, 1978), h. 420-421
[9] Jamâl al-Dîn
Abî al-Hujjâj Yûsuf al-Mizzi, Tahdzibul
Kamal fi Asmâ al-Rijâl, (Beirut: Al-Mua’sasah al-Risalah, 1992)
[10] Abî Nashr
Ahmad ibn Muhammad ibn Husain al-Bukhârî al-Kalâbâdzî, Rijal Shahih al-Bukhârî,
(Beirut: Dâr al-Ma’arif, 1978), h. 435
[11] Abî Nashr
Ahmad ibn Muhammad ibn Husain al-Bukhârî al-Kalâbâdzî, Rijal Shahih al-Bukhârî,
(Beirut: Dâr al-Ma’arif, 1978), h. 693
[12] Abî Nashr
Ahmad ibn Muhammad ibn Husain al-Bukhârî al-Kalâbâdzî, Rijal Shahih al-Bukhârî,
(Beirut: Dâr al-Ma’arif, 1978), h.745
[13] Arti
perkata dalam dua hadis di atas diperbandingkan dengan kamus Bahasa dan arti
hadis dalam arti dalam Lidwa. Lih. Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir:
Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h.
[14] Tentu
pembahasan yang dimulai dengan bab thaharah memang mencirikan sebuah kitab sunan
yang memang permulaan dimulai dengan bab-bab bernuansa fiqih, dan sebelum
melakukan peribadahan yakni harusnya seseorang dalam keadaan suci. Berbeda
dengan kitab al-jami yang memang mencakup keseluruhan pembahasan mengenai nilai-nilai
fundamental dalam ajaran agama islam, yang biasanya dimulai dengan akidah
diikuti thaharah lalu dilanjutkan dengan bab-bab penting lainnya.
[19] Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh
al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut, Dar al-Fikr al-Mu’atsir, 1985), Jilid I,
h. 153
[20] Sebagaimana hadis nabi
yang memerintahkan membunuh anjing dengan memberikan pada pola dan warna
tertentu yang merupakan jelmaan setan. Berikut hadisnya:
........... أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ
بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّ الْمَرْأَةَ تَقْدَمُ مِنْ
الْبَادِيَةِ بِكَلْبِهَا فَنَقْتُلُهُ ثُمَّ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِهَا وَقَالَ عَلَيْكُمْ بِالْأَسْوَدِ الْبَهِيمِ
ذِي النُّقْطَتَيْنِ فَإِنَّهُ شَيْطَانٌ
“…..Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair
bahwa dia pernah mendengar Jabir bin Abdullah berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami supaya membunuh anjing, bahkan
anjing milik seorang wanita badui yang selalu mengiringinya kami bunuh juga.
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang membunuh anjing seperti
itu, namun beliau bersabda: "Bunuhlah anjing yang berwarna hitam dengan
dua titik putih dikeningnya, karena anjing itu adalah jelmaan dari setan."
(H.R. Muslim)
[21] Imam al-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim: Jilid
10, Cet. Kelima Terj. Agus Ma’mun, Dkk, (Jakarta: Darus Sunnah Press,
2015), h. 173-174.
[22] Ketentuan lain dalam kaitannya dengan hadis tentang
anjing juga membahas keberadaan ganjaran yang didapatkan dalam pemeliharaannya
yang jika selain untuk tiga hal sebagaimana disebutkan di atas, maka
menyebabkan berkurangnya pahala sebanyak dua qirath. Dengan ketentuan
dua qirath ini pun dengan berbagai ketentuan sebagaimana dijelaskan oleh
Imam al-Nawawi juga. Lih. Imam al-Nawawi, Imam al-Nawawi, Al-Minhaj
Syarah Shahih Muslim: Jilid 7, Cet. Kelima Terj. Agus Ma’mun, Dkk,
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2015), h. 732-737
[25] Syarh al-Nawâwi ‘alâ Muslim.
h. 235
[26] Data tentang sejumlah hewan yang ditangkap didapat https://tirto.id/dprd-dki-sebut-perlu-ada-razia-anjing-kucing-liar-tiga-kali-setahun-ddM7
diakses pada tgl 31 Juli 2019 pukul 23:12.
[27] https://www.suara.com/news/2019/01/08/100606/dikecam-pecinta-hewan-anies-minta-razia-kucing-dan-anjing-ditunda diakses pada tgl 31 Juli 2019 pukul 23:19.
No comments:
Post a Comment