Tuesday, 24 March 2020

Reinterpretasi Hadis Membunuh Anjing, Malaikat Tidak Masuk Rumah Dan Anjuran Menyayangi Makhluk Hidup




ABSTRAK
Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa kemutlakan hadis membunuh anjing harus ditunjang dengan beberapa aspek penentu dalam tingkah laku anjing tersebut, hal ini tidak menegasikan bahwa boleh sewaktu-waktu secara mutlak membunuh anjing, dan boleh juga diberikan pilihan antara membiarkan atau membunuhnya. Hadis dengan riwayat matan yang lebih pendek menunjukkan perintah membunuh anjing harus dikorelasikan dengan hadis yang mempunyai beberapa kriteria dan latar sebab hadis muncul, dan dalam penelitian ini penulis menilai bahwa anjing liar memenuhi persyaratan untuk kebolehan dibunuh, terlepas bagaimana masing-masing individu memberikan keputusan.
Penulis menilai hal ini cukup penting karena perkembangan anjing dalam dunia modern menempati pos-pos yang cukup unik, terlepas dari bagaimana cara memahaminya, membunuh anjing menjadi terkesan tindakan yang kejam, semisal pada kasus anjing masuk dalam masjid yang viral beberapa waktu lalu, dan beberapa hari berselang anjing itu kemudian mati.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif-komparatif yang mencoba menguraikan hadis tentang membunuh anjing dalam kepustakaan dan membandingkannya dengan keadaan sekitar yang sedang terjadi. Sumber penelitian ini di dapat melalui riwayat dalam syarah beberapa ulama tentang membunuh anjing dan beberapa kebijakan Lembaga pemerintahan atau badan tertentu menyikapi tntang membunuh anjing.
Kata Kunci : Membunuh anjing, Hadis tentang anjing, pilihan
BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATARBELAKANG
Manusia merupakan salah satu dari tiga makhluk hidup yang Allah isi dalam bumi ini untuk melengkapi dua perangkat makhluk sebelumnya yang diciptakan-Nya terlebih dahulu, yaitu Tumbuhan dan Hewan.[1] Ini memberikan legitimasi bahwa keberadaan manusia harus terus berkorelasi dengan dua makhluk lainnya, dan bahkan dalam perjalanannya manusia tidak bisa tidak bergantung pada kedua makhluk yang diciptakan ini.
Salah satu mahluk yang kait eratannya dengan manusia dan seringkali memberikan manusia kemudahan dalam setiap aktivitasnya, yaitu hewan. Beragam hewan yang diciptakan Allah sebagai pelengkap fasilitas yang disediakan Allah di Bumi-nya memberikan warna yang nyata seperti sapi yang diciptakan bukah hanya dapat memenuhi dan membantu pekerjaan manusia akan tetapi juga dapat dimanfaatkan dagingnya untuk konsumsi manusia dengan syarat sesuai dengan tuntunan yang diberikan oleh Nabi, dan bukan hanya itu dalam penciptaan-Nya pun menciptakan hewan yang memang ada untuk dilarang dalam kitab suci-Nya dan perintah Nabi-Nya, yaitu anjing dan babi.[2]
Larangan yang disebutkan tidak serta merta membuat perlakuan seorang manusia terhadap makhluk Allah yang satu ini menjadi berbeda, atau bahkan membencinya. Memang disebagian sisi merupakan sebuah keharusan untuk seorang muslim menghindari segala bentuk pemanfaatan hewan tersebut dengan pengecualian beberapa pemanfaatan anjing dalam hadis, akan tetapi kasih sayang seorang muslim juga harus ditunjukkan selama menghadapi berbagai makhluk yang Allah ciptakan di bumi-Nya.
Namun di sisi lain, keberadaan hadis yang cukup memberikan ketegasan dalam sabdanya nabi mengenai perintah membunuh beberapa hewan, semisal ular, cicak, kalajengking, terlebih khusus dengan perintah membunuh anjing yang cukup banyak diriwayatkan dalam sejumlah kitab populer hadis nabi memberikan cukup bahan penguat tindakan ini. Berikut ini hadis nabi yang memerintahkan untuk membunuh anjing:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
(MUSLIM - 2934) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata; saya bacakan di hadapan Malik; dari Nafi' dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing."
Keterkaitan ketegasan perintah nabi dalam hadis di atas jika diamalkan tanpa memberikan korelasi yang jelas antar hadis lainnya yang sejenis atau sepembahasan tentu akan bertentangan dengan hadis tentang menyayangi segala makhluk allah di bumi ini. Seperti pada hadis berikut:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُسَدَّدٌ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي قَابُوسَ مَوْلَى لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Musaddad secara makna, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru dari Abu Qabus -mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) Abdullah bin Amru- dari Abdullah bin Amru dan sanadnya sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, (beliau bersabda): "Para penyayang akan disayangi oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit." (H.R. Abu Daud).
Terlebih terdapat Kisah pula di dalam hadis yang mengisahkan terhapusnya dosa seseorang karena memberikan minum anjing yang kehausan, tentu menjadi sebuah pertimbangan antara membunuh anjing sebagai sebuah perintah yang mutlak atau mungkin menjadi perintah pilihan yang mensyaratkan kondisi tertentu dalam berlakunya perintah tersebut.



















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Teks Hadis
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing.[3]
Disamping hadis yang di atas, terdapat pula hadis yang disertai dengan kisah Asbâb al-Wurûd yang menurut penulis terkait dengan sejumput hadis di atas. Berikut ini hadisnya:
حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ السَّبَّاقِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالَ أَخْبَرَتْنِي مَيْمُونَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْبَحَ يَوْمًا وَاجِمًا فَقَالَتْ مَيْمُونَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ اسْتَنْكَرْتُ هَيْئَتَكَ مُنْذُ الْيَوْمِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ كَانَ وَعَدَنِي أَنْ يَلْقَانِي اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَلْقَنِي أَمَ وَاللَّهِ مَا أَخْلَفَنِي قَالَ فَظَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَهُ ذَلِكَ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ وَقَعَ فِي نَفْسِهِ جِرْوُ كَلْبٍ تَحْتَ فُسْطَاطٍ لَنَا فَأَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ مَاءً فَنَضَحَ مَكَانَهُ فَلَمَّا أَمْسَى لَقِيَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ قَدْ كُنْتَ وَعَدْتَنِي أَنْ تَلْقَانِي الْبَارِحَةَ قَالَ أَجَلْ وَلَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ كَلْبِ الْحَائِطِ الصَّغِيرِ وَيَتْرُكُ كَلْبَ الْحَائِطِ الْكَبِيرِ
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya; Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Ibnu As Sabbaq bahwa 'Abdullah bin 'Abbas berkata; Telah mengabarkan kepadaku Maimunah; bahwa pada suatu pagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kelihatan diam karena susah dan sedih. Maimunah berkata; "Ya, Rasulullah! Aku heran melihat sikap Anda sehari ini. Apa yang telah terjadi?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Jibril berjanji akan datang menemuiku malam tadi, ternyata dia tidak datang. Ketahuilah, dia pasti tidak menyalahi janji denganku! ' Demikianlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa kelihatan susah dan sedih sehari itu. Kemudian beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur kami, lalu beliau menyuruh keluarkan anak anjing itu. Kemudian diambilnya air lalu dipercikinya bekas-bekas tempat anjing itu. Ketika hari sudah petang, Jibril datang menemui beliau. Kata beliau kepada Jibril: 'Anda berjanji akan datang pagi-pagi.' Jibril menjawab; 'Benar! Tetapi kami tidak dapat masuk ke rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar-gambar.' Pada pagi harinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan supaya membunuh semua anjing, sampai anjing penjaga kebun yang sempit, tetapi beliau membiarkan anjing penjaga kebun yang luas.[4]
Hadis di atas pula hadir dengan dua versi yang berbeda dalam musnad sahabat anshar -Maimunah binti al-Harits-, dengan penambahan latar waktu beberapa lama Jibril tidak menjumpai rasul yaitu hingga tiga hari berturut-turut.[5] Namun peristiwa yang ditunjukkan serupa dengan hadis di atas.  
B.   Eksistensi Hadis dalam Kutub al-Tis’ah
Dalam menelusuri hadis di atas penulis melakukan pencarian melalui beberapa kitab kamus hadis, untuk hadis tersebut di atas penulis lebih mudah menemukannya didalam kamus hadis tematik yakni, kitab Miftâh Kunûz al-Sunnah.[6] Dengan menggunakan kata kunci (الْكِلَابُ)[7] Dan didapatkan informasi sebagai berikut:

NO
KITAB HADIS
KITAB
BAB / Hadis
1
Shahîh al-Bukhâri
59
17
2
Shahîh Muslim
22
37
39
43-49
82
129
3
Sunan Abî Dâud
16
22
4
Sunan Tirmidzî
16
17
5
Sunan al-Nasâ`i
42
9
6
Sunan Ibn Mâjah
28
1 dan 2
7
Sunan al-Dârimî
7
2 dan 3
8
Muwattha`
54
14

Selain dalam kitab kamus hadis di atas, penulis menelusuri juga dalam kitab kamus hadis untuk menelusuri awal matan hadis, dan juga dari potongan kata hadis tersebut. Kitab yang digunakan yakni Kitab Mu’jam al-Mufahras li al-Fâz al-Hadîs dan Kitab Mausû’ah al-Athrâf namun penulis tidak mendapatkan keterangan yang berbeda dari hasil penelusuran di atas dan jauh lebih lengkap penelusuran melalui metode tematik.


C.   Penjabaran Takhrij Hadis
Inilah hadis yang ditemukan dari informasi Kamus hadis sebelumnya, dengan mengecualikan hadis utama yang telah disebutkan, sebagai berikut:
  1. Shahîh Muslim
(MUSLIM - 2934) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata; saya bacakan di hadapan Malik; dari Nafi' dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing."
(MUSLIM - 2935) : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Usamah telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah dari Nafi' dari Ibnu Umar dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan supaya membunuh anjing, lalu beliau mengutus orang ke seluruh penjuru Madinah untuk membunuh anjing."
و حَدَّثَنِي حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا بِشْرٌ يَعْنِي ابْنَ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ أُمَيَّةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكِلَابِ فَنَنْبَعِثُ فِي الْمَدِينَةِ وَأَطْرَافِهَا فَلَا نَدَعُ كَلْبًا إِلَّا قَتَلْنَاهُ حَتَّى إِنَّا لَنَقْتُلُ كَلْبَ الْمُرَيَّةِ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ يَتْبَعُهَا
(MUSLIM - 2936) : Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Mas'adah telah menceritakan kepada kami Bisyr -yaitu Ibnu Al Mufadlal- telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Umayyah- dari Nafi' dari Abdullah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan supaya membunuh anjing, lantas kami pergi ke seluruh penjuru kota sehingga kami tidak meninggalkan seekor anjing pun melainkan kami membunuhnya. Bahkan kami membunuh seekor anjing yang selalu mengikuti tuannya, yaitu anjingnya seorang wanita badui."
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ غَنَمٍ أَوْ مَاشِيَةٍ فَقِيلَ لِابْنِ عُمَرَ إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ أَوْ كَلْبَ زَرْعٍ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ إِنَّ لِأَبِي هُرَيْرَةَ زَرْعًا
(MUSLIM - 2937) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari 'Amru bin Dinar dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan supaya membunuh anjing kecuali anjing untuk berburu atau anjing untuk menjaga hewan ternak." Dikatakan kepada Ibnu Umar, "Sesungghuhnya Abu Hurairah pernah berkata, "Atau anjing untuk menjaga tanaman (pertanian)?" Maka Ibnu Umar berkata, "Karena Abu Hurairah memiliki ladang."
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَلَفٍ حَدَّثَنَا رَوْحٌ ح و حَدَّثَنِي إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّ الْمَرْأَةَ تَقْدَمُ مِنْ الْبَادِيَةِ بِكَلْبِهَا فَنَقْتُلُهُ ثُمَّ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِهَا وَقَالَ عَلَيْكُمْ بِالْأَسْوَدِ الْبَهِيمِ ذِي النُّقْطَتَيْنِ فَإِنَّهُ شَيْطَانٌ
(MUSLIM - 2938) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Abu Khalaf telah menceritakan kepada kami Rauh. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami Rauh bin Ubadah telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwa dia pernah mendengar Jabir bin Abdullah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami supaya membunuh anjing, bahkan anjing milik seorang wanita badui yang selalu mengiringinya kami bunuh juga. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang membunuh anjing seperti itu, namun beliau bersabda: "Bunuhlah anjing yang berwarna hitam dengan dua titik putih dikeningnya, karena anjing itu adalah jelmaan dari setan."
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ سَمِعَ مُطَرِّفَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ الْمُغَفَّلِ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ ثُمَّ قَالَ مَا بَالُهُمْ وَبَالُ الْكِلَابِ ثُمَّ رَخَّصَ فِي كَلْبِ الصَّيْدِ وَكَلْبِ الْغَنَمِ و حَدَّثَنِيهِ يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ حَدَّثَنَا خَالِدٌ يَعْنِي ابْنَ الْحَارِثِ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا النَّضْرُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ و قَالَ ابْنُ حَاتِمٍ فِي حَدِيثِهِ عَنْ يَحْيَى وَرَخَّصَ فِي كَلْبِ الْغَنَمِ وَالصَّيْدِ وَالزَّرْعِ
(MUSLIM - 2939) : Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu At Tayyah bahwa dia mendengar dari Muttharif bin Abdullah dari Ibnu Al Mughaffal dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami supaya membunuh semua jenis anjing, kemudian beliau bersabda: "Apa urusannya mereka dengan anjing?" Lantas beliau memberi mengecualikan anjing untuk berburu dan anjing penjaga kambing (ternak)." Dan telah menceritakan kepadaku Yahya bin Habib telah menceritakan kepada kami Khalid -yaitu Ibnu Al Harits-. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami An Nadlr. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mutsanna telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jarir semuanya dari Syu'bah dengan sanad-sanad ini. Ibnu Hatim menyebutkan dalam haditsnya; dari Yahya, "Beliau memberi keringanan anjing penjaga ternak, anjing untuk berburu dan anjing untuk menjaga tanaman."
حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ السَّبَّاقِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالَ أَخْبَرَتْنِي مَيْمُونَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْبَحَ يَوْمًا وَاجِمًا فَقَالَتْ مَيْمُونَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ اسْتَنْكَرْتُ هَيْئَتَكَ مُنْذُ الْيَوْمِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ كَانَ وَعَدَنِي أَنْ يَلْقَانِي اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَلْقَنِي أَمَ وَاللَّهِ مَا أَخْلَفَنِي قَالَ فَظَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَهُ ذَلِكَ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ وَقَعَ فِي نَفْسِهِ جِرْوُ كَلْبٍ تَحْتَ فُسْطَاطٍ لَنَا فَأَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ مَاءً فَنَضَحَ مَكَانَهُ فَلَمَّا أَمْسَى لَقِيَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ قَدْ كُنْتَ وَعَدْتَنِي أَنْ تَلْقَانِي الْبَارِحَةَ قَالَ أَجَلْ وَلَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ كَلْبِ الْحَائِطِ الصَّغِيرِ وَيَتْرُكُ كَلْبَ الْحَائِطِ الْكَبِيرِ
(MUSLIM - 3928) : Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya; Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Ibnu As Sabbaq bahwa 'Abdullah bin 'Abbas berkata; Telah mengabarkan kepadaku Maimunah; bahwa pada suatu pagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kelihatan diam karena susah dan sedih. Maimunah berkata; "Ya, Rasulullah! Aku heran melihat sikap Anda sehari ini. Apa yang telah terjadi?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Jibril berjanji akan datang menemuiku malam tadi, ternyata dia tidak datang. Ketahuilah, dia pasti tidak menyalahi janji denganku! ' Demikianlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa kelihatan susah dan sedih sehari itu. Kemudian beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur kami, lalu beliau menyuruh keluarkan anak anjing itu. Kemudian diambilnya air lalu dipercikinya bekas-bekas tempat anjing itu. Ketika hari sudah petang, Jibril datang menemui beliau. Kata beliau kepada Jibril: 'Anda berjanji akan datang pagi-pagi.' Jibril menjawab; 'Benar! Tetapi kami tidak dapat masuk ke rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar-gambar.' Pada pagi harinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan supaya membunuh semua anjing, sampai anjing penjaga kebun yang sempit, tetapi beliau membiarkan anjing penjaga kebun yang luas.'
و حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكِلَابِ يَقُولُ اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ وَالْكِلَابَ وَاقْتُلُوا ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ فَإِنَّهُمَا يَلْتَمِسَانِ الْبَصَرَ وَيَسْتَسْقِطَانِ الْحَبَالَى قَالَ الزُّهْرِيُّ وَنُرَى ذَلِكَ مِنْ سُمَّيْهِمَا وَاللَّهُ أَعْلَمُ قَالَ سَالِمٌ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ فَلَبِثْتُ لَا أَتْرُكُ حَيَّةً أَرَاهَا إِلَّا قَتَلْتُهَا فَبَيْنَا أَنَا أُطَارِدُ حَيَّةً يَوْمًا مِنْ ذَوَاتِ الْبُيُوتِ مَرَّ بِي زَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ أَوْ أَبُو لُبَابَةَ وَأَنَا أُطَارِدُهَا فَقَالَ مَهْلًا يَا عَبْدَ اللَّهِ فَقُلْتُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِهِنَّ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ نَهَى عَنْ ذَوَاتِ الْبُيُوتِ و حَدَّثَنِيهِ حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ ح و حَدَّثَنَا حَسَنٌ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ كُلُّهُمْ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّ صَالِحًا قَالَ حَتَّى رَآنِي أَبُو لُبَابَةَ بْنُ عَبْدِ الْمُنْذِرِ وَزَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ فَقَالَا إِنَّهُ قَدْ نَهَى عَنْ ذَوَاتِ الْبُيُوتِ وَفِي حَدِيثِ يُونُسَ اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ وَلَمْ يَقُلْ ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ
(MUSLIM - 4141) : Dan telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri; Telah mengabarkan kepadaku Salim bin 'Abdullah dari Ibnu 'Umar dia berkata; "Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami, kaum muslimin, untuk membunuh anjing." Beliau bersabda: 'Bunuhlah ular dan anjing! Serta musnahkanlah ular yang dipunggungnya ada dua garis putih dan ular yang ekornya bunting, karena kedua jenis ular tersebut dapat membutakan mata dan menggugurkan kandungan.' Az Zuhri berkomentar; 'Menurut kami, hal itu disebabkan karena racunnya. Wallahu A'lam.' Salim berkata; 'Abdullah bin Umar pernah menyatakan; 'Setiap ular yang saya lihat tidak pernah saya biarkan hidup, melainkan selalu saya bunuh. Pada suatu hari, ketika saya sedang memburu ular yang bersarang/mendekam di rumah, tiba-tiba Zaid bin Khaththab atau Abu Lubabah lewat seraya berkata; 'Hentikan hai Abdullah! ' Mendengar teguran itu, saya pun menjawab; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memerintahkan kami untuk membunuh ular.' Zaid bin Khaththab berkata; 'Sebenarnya Rasulullah melarang kita, kaum muslimin, untuk membunuh ular yang bersarang di rumah kita." Dan telah menceritakannya kepada kami Harmalah bin Yahya; Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku Yunus; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami 'Abad bin Humaid; Telah mengabarkan kepada kami 'Abdur Razaq; Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Hasan Al Hulwani; Telah menceritakan kepada kami Ya'qub; Telah menceritakan kepada kami Bapakku dari Shalih seluruhnya dari Az Zuhri melalui jalur ini. Hanya saja Shalih berkata dengan kalimat; 'Hingga Abu Lubabah bin Abdul Mundzir dan Zaid bin Al Khaththab melihatku, lalu keduanya berkata; sebenarnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya melarang untuk membunuh ular yang bersarang di sekitar rumah kita. Sedangkan di dalam Hadits Yunus disebutkan; 'Bunuhlah ular-ular.' -tanpa menyebutkan yang bergaris dua putih dan yang buntung.-



  1. Sunan Abî Dâud
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ حَدَّثَنَا يُونُسُ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنَّ الْكِلَابَ أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا فَاقْتُلُوا مِنْهَا الْأَسْوَدَ الْبَهِيمَ
(ABUDAUD - 2462) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Al Hasan, dari Abdullah bin Mughaffal, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seandainya anjing itu tidak termasuk salah satu umat diantara berbagai umat, niscaya aku diperintahkan untuk membunuhnya. Bunuhlah anjing yang hitam pekat."

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ خَلَفٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ أَمَرَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنْ كَانَتْ الْمَرْأَةُ تَقْدَمُ مِنْ الْبَادِيَةِ يَعْنِي بِالْكَلْبِ فَنَقْتُلُهُ ثُمَّ نَهَانَا عَنْ قَتْلِهَا وَقَالَ عَلَيْكُمْ بِالْأَسْوَدِ
(ABUDAUD - 2463) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Khalaf, telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim dari Ibnu Juraij, ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair dari Jabir, ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh seluruh anjing hingga seorang wanita datang dari pelosok dengan membawa anjing, lalu kami membunuhnya. Kemudian beliau melarang kami dari membunuh anjing dan berkata: "Bunuhlah yang hitam!"
  1. Sunan al-Tirmidzî
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ مَاشِيَةٍ قَالَ قِيلَ لَهُ إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَقُولُ أَوْ كَلْبَ زَرْعٍ فَقَالَ إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ لَهُ زَرْعٌ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
(TIRMIDZI - 1408) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Amru bin Dinar dari Ibnu Umar berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing kecuali anjing untuk berburu, atau anjing untuk menjaga ternak." Ia (perawi) berkata; Ibnu Umar pernah ditanya, Abu Hurairah pernah mengatakan; "atau anjing untuk menjaga tanaman", Ibnu Umar menjawab; "(karena) Abu Hurairah memiliki tanaman." Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya hasan shahih."
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ أَسْبَاطِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْقُرَشِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ إِنِّي لَمِمَّنْ يَرْفَعُ أَغْصَانَ الشَّجَرَةِ عَنْ وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ فَقَالَ لَوْلَا أَنَّ الْكِلَابَ أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا فَاقْتُلُوا مِنْهَا كُلَّ أَسْوَدَ بَهِيمٍ وَمَا مِنْ أَهْلِ بَيْتٍ يَرْتَبِطُونَ كَلْبًا إِلَّا نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِمْ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ حَرْثٍ أَوْ كَلْبَ غَنَمٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(TIRMIDZI - 1410) : Telah menceritakan kepada kami Ubaid bin Asbath bin Muhammad Al Qurasyi berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku dari Al A'masy dari Isma'il bin Muslim dari Al Hasan dari Abdullah bin Mughaffal ia berkata, "Sungguh aku termasuk orang yang mengangkat dahan pohon dari wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau berkhutbah. Beliau mengatakan: "Sekiranya anjing-anjing itu bukan suatu umat, sungguh aku akan perintahkan untuk membunuh mereka semua. Maka bunuhlah semua anjing yang berwarna hitam pekat. Dan tidaklah penghuni rumah memelihara anjing kecuali pahalanya akan berkurang satu qirath setiap harinya. Kecuali anjing untuk berburu, atau anjing untuk menjaga tanaman, atau anjing untuk menjaga kambing ternak." Abu Isa berkata; "Hadits ini telah diriwayatkan dari Al Hasan dengan jalur yang banyak, dari Abdullah bin Mughaffal, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."
  1. Sunan al-Nasa`i
أَخْبَرَنَا كَثِيرُ بْنُ عُبَيْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ السَّبَّاقِ قَالَ أَخْبَرَتْنِي مَيْمُونَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام لَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ لَيَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكَلْبِ الصَّغِيرِ
(NASAI - 4202) : Telah mengabarkan kepada kami Katsir bin 'Ubaid, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri, ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ibnu As Sabbaq, ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Maimunah bahwa Jibril berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; kami tidak memasuki rumah yang padanya terdapat anjing dan gambar. Kemudian pada pagi hari tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing hingga beliau memerintahkan untuk membunuh anjing kecil.
أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ غَيْرَ مَا اسْتَثْنَى مِنْهَا
(NASAI - 4203) : Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dari Malik dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing tanpa terkecuali.
أَخْبَرَنَا وَهْبُ بْنُ بَيَانٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ قَالَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ حَدَّثَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَافِعًا صَوْتَهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكِلَابِ فَكَانَتْ الْكِلَابُ تُقْتَلُ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ مَاشِيَةٍ
(NASAI - 4204) : Telah mengabarkan kepada kami Wahb bin Bayan, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Yunus, ia berkata; Ibnu Syihab berkata; telah menceritakan kepadaku Salim bin Abdullah dari ayahnya, ia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggikan suaranya memerintahkan untuk membunuh anjing, maka semua anjing dibunuh kecuali anjing pemburu dan anjing penjaga hewan ternak.
أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ عَمْرٍو عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ مَاشِيَةٍ
(NASAI - 4205) : Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad dari 'Amr dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh seluruh anjing kecuali anjing pemburu dan anjing penjaga hewan ternak.


  1. Sunan Ibn Mâjah
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ قَالَ سَمِعْتُ مُطَرِّفًا يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ ثُمَّ قَالَ مَا لَهُمْ وَلِلْكِلَابِ ثُمَّ رَخَّصَ لَهُمْ فِي كَلْبِ الصَّيْدِ
(IBNUMAJAH - 3191) : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Syababah telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu At Tayyah dia berkata; saya mendengar Mutharrif menceritakan dari Abdullah bin Mughaffal, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing, kemudian beliau bersabda: 'Apa manfaat mereka memelihara anjing.' Kemudian beliau memberi keringanan pada anjing buruan."
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ قَالَ سَمِعْتُ مُطَرِّفًا عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ ثُمَّ قَالَ مَا لَهُمْ وَلِلْكِلَابِ ثُمَّ رَخَّصَ لَهُمْ فِي كَلْبِ الزَّرْعِ وَكَلْبِ الْعِينِ قَالَ بُنْدَارٌ الْعِينُ حِيطَانُ الْمَدِينَةِ
(IBNUMAJAH - 3192) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu At Tayyah dia berkata; saya mendengar Mutharrif dari Abdullah bin Mughaffal, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing, kemudian beliau bersabda: 'Apa manfaat mereka memelihara anjing.' Kemudian beliau memberi keringanan bagi mereka anjing penjaga tanaman dan anjing penjaga ternak." Bundar berkata, "Al 'Ain artinya dinding pembatas kota."
حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ أَنْبَأَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
(IBNUMAJAH - 3193) : Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id telah memberitakan kepada kami Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan membunuh anjing."
حَدَّثَنَا أَبُو طَاهِرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَافِعًا صَوْتَهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ الْكِلَابِ وَكَانَتْ الْكِلَابُ تُقْتَلُ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ مَاشِيَةٍ
(IBNUMAJAH - 3194) : Telah menceritakan kepada kami Abu Thahir telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim dari Ayahnya dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan suara keras memerintahkan untuk membunuh anjing, maka semua anjing pun dibunuh kecuali anjing untuk berburu dan anjing penjaga ternak."
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي شِهَابٍ حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنَّ الْكِلَابَ أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا فَاقْتُلُوا مِنْهَا الْأَسْوَدَ الْبَهِيمَ وَمَا مِنْ قَوْمٍ اتَّخَذُوا كَلْبًا إِلَّا كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ حَرْثٍ إِلَّا نَقَصَ مِنْ أُجُورِهِمْ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطَانِ
(IBNUMAJAH - 3196) : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdullah dari Abu Syihab telah menceritakan kepadaku Yunus bin 'Ubaid dari Al Hasan dari Abdullah bin Mughaffal dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekiranya anjing itu tidak termasuk dari sekelompok ummat dari ummat-ummat, niscaya aku akan perintahkan untuk membunuhnya, oleh karena itu bunuhlah jenis anjing yang hitam pekat. Tidaklah suatu kaum memelihara anjing selain anjing penjaga ternak, atau anjing untuk berburu, atau anjing penjaga kebun, melainkan pahalanya akan berkurang dua qirath setiap harinya."
  1. Sunan al-Darimî
أَخْبَرَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ ثُمَّ قَالَ مَا بَالِي وَلِلْكِلَابِ ثُمَّ رَخَّصَ فِي كَلْبِ الزَّرْعِ وَكَلْبِ الصَّيْدِ
(DARIMI - 1921) : Telah mengabarkan kepada kami Wahb bin Jarir telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu At Tayyah dari Mutharrif dari Abdullah bin Mughaffal bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh seluruh anjing, lalu beliau bersabda: "Aku tidak memiliki urusan dengan anjing-anjing itu." kemudian beliau memberi keringanan pada anjing penjaga tanaman dan anjing untuk berburu.
أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
(DARIMI - 1922) : Telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami Malik dari [Nafi' dari Ibnu Umar, ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing."
أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنَّ الْكِلَابَ أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا كُلِّهَا وَلَكِنْ اقْتُلُوا مِنْهَا كُلَّ أَسْوَدَ بَهِيمٍ قَالَ سَعِيدُ بْنُ عَامِرٍ الْبَهِيمُ الْأَسْوَدُ كُلُّهُ
(DARIMI - 1923) : Telah mengabarkan kepada kami Sa'id bin 'Amir telah menceritakan kepada kami 'Auf dari Al Hasan dari Abdullah bin Mughaffal, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seandainya anjing bukan termasuk salah satu dari berbagai umat, niscaya aku akan memerintahkan untuk membunuh seluruhnya, akan tetapi bunuhlah setiap anjing hitam bahim (legam)." Sa'id bin 'Amir berkata; "Al Bahim adalah yang hitam seluruhnya."
  1. Muwattha’ Imam Malik
و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
(MALIK - 1531) : Telah menceritakan kepadaku Malik dari Nafi' dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh anjing."




D.  Kualitas Sanad
Penjelasan kualitas sanad hadis pada tema inti pembahasan:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
Dalam persambungan sanad perlu kiranya penulis paparkan kualitas sanad pada hadis inti pembahasan ini, hal ini dilakukan dengan menggunakan kitab rijal al-hadis guna meneliti satu persatu rawi dalam hadis ini, menggunakan kitab Tahdzib al-Tahdzib[8] dan Tahdzib al-Kamal.[9]
1.   ‘Abd Allah ibn Yûsuf (W. 218 H)
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn Yûsuf Abû Muhammad al-Tunîsî Berasal dari Damaskus. Mengambil hadis melalui jalur Malik ibn Anas, Layyis ibn Sa’id, Yuhî ibn Hamzah, ‘Abd Allah ibn Sâlim al-Humshî. Bukhari meriwayatkan hadis tentang permulaan wahyu dan tema lain. Pertama kali berjumpa dengan beliau di Mesir tahun 217 H. Setahun berikutnya ia wafat pada usia 70 tahun.[10]
a)    Abu Ahmad ibn ‘Adî al-Jurjanî : Shaduq
b)   Abû Ya’la al-Hilalî : Tsiqah
c)    Ibn Hajar al-Asqalânî : Tsiqah
d)   Al-Dzahabî : Al-Hâfidz

2.   Mâlik (W. 179 H)
Nama lengkapnya adalah Mâlik ibn Anas ibn Abî ‘Amîr, Kunyahnya Abû ‘Abd Allah. Mengambil riwayat dari Nafi’, al-Zuhrî, Yahya ibn Sa’id, Zaid ibn Aslam, ‘Abd Allah ibn Dînâr, dll. Dan hadisnya banyak diriwayatkan melalui jalur sanad Yahya al-Qatthân, ‘Abd Allah ibn Yûsuf, Abû Naîm, dll. Beliau wafat pada tahun 179 H di Madinah.[11]
a)    Abû Bakar al-Baihaqî : Tsiqah
b)   Abû Hâtim ibn Hibban al-Bustî : Tsiqah
c)    ‘Alî ibn al-Madînî : Amir al-Mu’minin
d)   Muhammad ibn Saad Kâtib al-Waqidî : Tsiqah
3.   Nâfi’ (W. 117 H)
Nama lengkapnya adalah Abû ‘Abd Allah, Mawla ‘Abd Allah ibn ‘Umar ibn al-Khattâb, menerima hadis melalui jalur Ibn ‘Umar, Abî Sa’id al-Khudrî, Abû Hurairah, dll. Dan hadisnya diriwayatkan melalui jalur Shâlih ibn Kaisân, Mûsâ ibn ‘Uqbah, Mâlik, ‘Ubaid Allah ibn ‘Umar, dll. Beliau wafat pada Tahun 117 H.[12]  
a)    Ahmad ibn Syuaib al-Nasa’î : Tsiqah
b)   Ahmad ib Shâleh al-Mishrî : Hafidz
c)    Yahya ibn Mu’ayyan : Tsiqah
d)   ‘Abd al-Rahman ibn Yûsuf ibn Khurasi : Tsiqah
4.   ‘Abd Allah ibn ‘Umar
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn ‘Umar ibn al-Khattâb al-Qurasî al-‘Adî Abû ‘Abd al-Rahman al-Makkî. Meriwayatkan hadis melalui jalur langsung dari nabi, Zaîd ibn Tsabit, Saad ibn Abî Waqash, dll. Yang meriwayatkan hadis dari jalurnya diantaranya Tamim ibn ‘Iyad, Nafî’, Muhammad ibn Sirîn, dll.

حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ السَّبَّاقِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالَ أَخْبَرَتْنِي مَيْمُونَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْبَحَ يَوْمًا وَاجِمًا فَقَالَتْ مَيْمُونَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ اسْتَنْكَرْتُ هَيْئَتَكَ مُنْذُ الْيَوْمِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ كَانَ وَعَدَنِي أَنْ يَلْقَانِي اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَلْقَنِي أَمَ وَاللَّهِ مَا أَخْلَفَنِي قَالَ فَظَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَهُ ذَلِكَ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ وَقَعَ فِي نَفْسِهِ جِرْوُ كَلْبٍ تَحْتَ فُسْطَاطٍ لَنَا فَأَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ مَاءً فَنَضَحَ مَكَانَهُ فَلَمَّا أَمْسَى لَقِيَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ قَدْ كُنْتَ وَعَدْتَنِي أَنْ تَلْقَانِي الْبَارِحَةَ قَالَ أَجَلْ وَلَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ كَلْبِ الْحَائِطِ الصَّغِيرِ وَيَتْرُكُ كَلْبَ الْحَائِطِ الْكَبِيرِ
Sedangkan sanad pada hadis kedua, sebagai berikut:
  1. Harmalah ibn Yah (w. 166 H)
Nama lengkapnya adalah Harmalah ibn Yahya ibn ‘Abd Allah ibn Harmalah ibn ‘Imran ibn Qirâd al-Tajîbî Abû Hafs al-Misr. Meriwayatkan hadis melalui jalur Idris ibn Yahya al-Khulânî, ‘Abd Allah ibn Wahab, dll. Yang mengambil jalur hadis beliau diantaranya Imam Muslim, Ibn Majâh, Ahmad ibn Mansur al-Ramâdî, dll.
a)    Abu Hatim ibn Hibban al-Busti : Tsiqah
b)   Ibn Hajar al-‘Asqalanî : Shadûq
c)    Al-Dzahabi : Shaduq
d)   Abû Hafsh ‘Umar ibn Syahîn : Tsiqah
  1. Ibn Wahb (w.125)
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn Wahb ibn Muslim al-Qurasî al-Faharî Abû Muhammad al-Misrî al-al-Fiqhî, meriwayatkan dari jalur Ibrahim ibn Saad al-Zuhrî, Khalil ibn Murrah, Yunus ibn Yazid, dll. Yang meriwayatkan hadis darinya diantaranya Harmalah ibn Yahya al-Tajîbî, Ishaq ibn Musa al-ansharî, Ahmad ibn Shâlih al-Mishrî, dll.
a)    Abû Ya’lâ al-Khalilî : Tsiqah Muttafaqun ‘alaihi
b)   Ibn Hajar al-Asqalânî : Tsiqah Hafiz ‘Abîd Faqîh
c)    Ahmad ibn ‘Abd Allah al-‘Ajlî : Tsiqah
d)   Ibn Abî Hâtim al-Razî : Shaduq
  1. Yûnus (w. )
Nama lengkapnya adalah Yûnus ibn Yazîd ibn Misykân ibn Abî al-Najd. Meriwayatkan Hadis melalui Jalur ‘Ikrimah Maula ibn ‘Abbas, ibn Syihab al-Zuhrî, ‘Imran ibn Abî Anas, dll. Yang meriwayatkan hadis melalui jalurnya diantaranya ibn Wahab, Jarîr ibn Hazm, Rasyidin ibn Saad, dll.
a.    Ahmad ibn Syuaib al-Nasa’î : Tsiqah
b.   Abû Zar’ah al-Razî : La ba’sa bih (tidak ada apa-apa padanya)
c.    Ahmad ibn ‘Abd Allah al-Ajlî : Tsiqah
d.   Ibn Hajar al-Asqalânî : Tsiqah
  1. Ibn Syihâb (w. 52 H)
Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Muslim ibn ‘Ubaid Allah ibn ‘Abd Allah ibn Syihâb ibn ‘Abd Allah ibn al-Hârits ibn Zuhroh ibn Kilâb ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Luay ibn Ghâlib al-Qurasy al-Zuhrî Abû Bakar al-Madanî, berasal dari kota syam. Meriwayatkan hadis melalui jalur Anas ibn Malik, Jabir ibn ‘Abd Allah, ‘Ubaid ibn al-Sabâq, dll. Yang meriwayatkan hadis melalui jalurnya diantaranya Ayub ibn Musa, Yûnus ibn Yazîd, ‘Athâ` ibn Abî Rabâh, dll.
a)    Ibn Hajar al-Asqalânî : Faqîh, al-Hâfidz
b)   Abû ‘Abd Allah al-Hakam : Tsiqah
c)    Muhammad ibn Saad Kâtib al-Wâqidî : Tsiqah
d)   Yahya ibn Sa’id al-Qattân : Hâfidz
  1. Ibn al-Sabbâq (w. )
Nama lengkapnya adalah ‘Ubaid ibn al-Sabâq al-Tsaqafî al-Madanî, masyhur dengan menggunakan nama ibn al-Sabâq. Meriwayatkan hadis melalui jalur Usamâh ibn Zaîd, ‘Abd Allah ibn ‘Abbâs, Maimunah binti Harits, dll. Yang meriwayatkan hadis melalui jalurnya diantaranya Saîd ibn ‘Ubaid ibn al-Sabâq, ibn Syihab al-Zuhrî, Muslim ibn Muslim ibn Ma’bad, dll.
a)    Ibn Hajar al-Asqalânî : Tsiqah
b)   Ahmad ibn ‘Abd Allah al-‘Ajlî : Tsiqah
c)    Abû Hâtim ibn Hibban al-Bustî : Tsiqah
  1. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn ‘Abbas ibn ‘Abd al-Muthâlib al-Qurasy al-Hâsimî Abû ‘Abbas al-Madanî yang merupakan paman nabi. Meriwayatkan hadis melalui jalur Nabi secara langsung, Muâdz ibn Jabal, Abî Dzar al-Ghifârî, Maimunah binti al-Harits, dll.. Yang meriwayatkan ibn al-Sabâq, Arqam ibn syurahbîl, Anas ibn Malik, dll.
a)    Ibn Hajar al-asqalânî : Tsiqah, Faqîh
b)   Abû Hâtim ibn Hibban al-Bustî : Tsiqah
  1. Maimunah
Nama lengkapnya adalah Maimunah binti al-Harits al-Hilâliyah yang juga merupakan istri nabi. meriwayatkan hadis langsung melalui nabi dan tidak ada jalur lainnya. Yang meriwayatkan hadisnya diantaranya ‘Abd Allah ibn ‘Abbas, Sulaimân ibn Yasâr, ‘Ubaid ibn al-Sabaq, dll.
a)    Ibnu Hajar al-Asqalânî : Umm al-Mu’minin
b)   Abû Hâtim ibn Hibban al-Bustî : Umm al-Mu’minin
c)    Al-Dzahabî : Umm al-Mu’minin


E.   Makna Hadis Perkata
أَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ
Secara Keseluruhan, makna tekstual dari hadis di atas:[13]
Memerintah/Perintah
:
أَمَرَ
Membunuh
:
قَتْلِ
Anjing-Anjing
:
الْكِلَابِ

Untuk Hadis yang kedua sebagai berikut:
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ اسْتَنْكَرْتُ هَيْئَتَكَ مُنْذُ الْيَوْمِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ جِبْرِيلَ كَانَ وَعَدَنِي أَنْ يَلْقَانِي اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَلْقَنِي أَمَ وَاللَّهِ مَا أَخْلَفَنِي قَالَ فَظَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَهُ ذَلِكَ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ وَقَعَ فِي نَفْسِهِ جِرْوُ كَلْبٍ تَحْتَ فُسْطَاطٍ لَنَا فَأَمَرَ بِهِ فَأُخْرِجَ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهِ مَاءً فَنَضَحَ مَكَانَهُ فَلَمَّا أَمْسَى لَقِيَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ قَدْ كُنْتَ وَعَدْتَنِي أَنْ تَلْقَانِي الْبَارِحَةَ قَالَ أَجَلْ وَلَكِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ فَأَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ فَأَمَرَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّهُ يَأْمُرُ بِقَتْلِ كَلْبِ الْحَائِطِ الصَّغِيرِ وَيَتْرُكُ كَلْبَ الْحَائِطِ الْكَبِيرِ
Penampilan / roman muka
:
هَيْئَة

Aku Heran / menyesalkan
:
اسْتَنْكَرْتُ
Menjumpai Aku
:
يَلْقَانِي

Menjanjikan aku
:
وَعَدَنِي
Maka Membayangi
:
فَظَلَّ

Menyalahi janji denganku
:
أَخْلَفَنِي
Anak anjing
:
جِرْوُ

Mendapati / terjadi / menemukan
:
وَقَعَ
Memerintah / Perintah
:
أَمَرَ

Tempat Berteduh / Tempat Tidur
:
فُسْطَاطٍ
Sore / Petang
:
أَمْسَى

Meneteskan / memercikan
:
نَضَحَ
Iya
:
أَجَلْ

Kemarin
:
الْبَارِحَةَ
Rumah
:
بَيْتًا

Kami Masuk / Memasuki
:
نَدْخُلُ
Lukisan
:
صُورَةٌ

Anjing
:
كَلْبٌ
Anjing Penjaga Kebun yang kecil
:
كَلْبِ الْحَائِطِ الصَّغِيرِ

Pagi Hari
:
أَصْبَحَ
Anjing Penjaga Kebun yang besar
:
كَلْبَ الْحَائِطِ الْكَبِيرِ

Meninggalkan / membiarkan
:
يَتْرُكُ

F.   Penjelasan Hadis Membunuh Anjing
Anjing merupakan hewan yang bisa dikatakan sebagai tokoh sentral dalam pembahasan sebagian hukum islam dalam bab bersuci,[14] bagaimana tidak, pembahasannya yang meliputi bab paling krusial dalam tahapan beribadah, yakni bersuci, menempatkannya menjadi subjek pembahasan yang cukup penting dikarenakan sifat anjing yang membawa najis dalam tingkat yang paling tinggi.
Dalam tinjauan bahasa, anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dan sebagainya.[15] Dan terma ini pun sesuai dengan fungsinya pula yang tercantum dalam al-Qur’an sebagai penjaga pemuda dalam kisah ashab al-kahfi.
Al-Qur’an sendiri mereferensikan didalamnya terkandung terma anjing dengan al-Kalb, yang keseluruhannya tercatat sejumlah empat tempat dalam tiga surah di al-Qur’an. Secara tartib mushafi: Pertama, terkandung pada surah al-Maidah ayat 4 yang menyajikan penjelasan tentang halalnya daging buruan hewan yang terlatih dan dilepaskan dengan menyebut nama Allah.[16] Kedua, ayat yang mengandung kata anjing dengan berupaya menjelaskan tentang manusia yang seakan mabuk dengan kesenangan dunia dan selalu mengikuti kehendak nafsu didalam dirinya dengan diumpamakan seperti anjing yang senantiasa menjulurkan lidahnya.[17] Ketiga, kisah tersendiri tersemat dalam dua tempat pada surah al-kahfi ayat 18 dan 22 yang menjelaskan tentang anjing yang juga merupakan teman sekaligus pelindung pemuda-pemuda yang bersembunyi di dalam gua demi menyelamatkan keimanan mereka.[18]  
Dalam segi kehukuman fiqih tentang anjing setidaknya Imam al-Syafi’i memberikan pendapatnya dengan sangat berhati-hati dan memilih menetapkan hukum memelihara anjing untuk keperluan apapun adalah haram. Sementara lain halnya dengan Imam Malik yang menganggap bahwa anjing sebagai hewan yang najis dan cenderung lebih longgar dalam menetapkan hukum atasnya, terlebih jika memelihara anjing untuk keperluan mengamankan rumah adalah hukumnya mubah, dan apabila terkena jilatan atau tetesan air liurnya maka harus dibersihkan sesuai dengan syariat Nabi.[19] Dari dua pendapat ini untuk dasar pemeliharaannya saja terdapat perbedaan, adapun mempunyai kesamaan dalam prosesi penyuciannya yang didasarkan perintah nabi.
Sementara dalam segi akidah, hadis lain yang ikut menggambarkan posisi anjing yang terdapat dalam hadis juga mendapatkan perhatian khusus terlebih dengan adanya hadis yang menyebutkan malaikat tidak akan memasuki rumah yang didalamnya terdapat anjing secara umum didalamnya. Sebagaimana sabda beliau yang tentunya berkaitan dengan pembahasan kali ini, sebagai berikut:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ قَالَ حَدَّثَنِي عُمَرُ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ وَعَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيلُ فَقَالَ إِنَّا لَا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ وَلَا كَلْبٌ
(BUKHARI - 2988) : Telah bercerita kepada kami Yahya bin Sulaiman berkata telah bercerita kepadaku Ibnu Wahb berkata telah bercerita kepadaku 'Umar dari Salim dari bapaknya berkata; "Malaikat Jibril berjanji kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, katanya: "Kami tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada gambar ataupun anjing".
Dalam hadis di atas secara khusus memang memberikan perhatian kepada persoalan anjing yang memang menjadi sebab tidak datangnya malaikat jibril dan ini merupakan ungkapan yang dituturkan langsung oleh nabi berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada malaikat. Sementara pada redaksi lain, menambahkan tiga kriteria tambahan dimana malaikat enggan untuk datang pada beberapa keadaan, yaitu rumah yang terdapat gambar, orang yang sedang junub, dan lonceng.
Imam nawawi dalam kitab Syarh-nya membagi setidaknya empat sebab kenapa malaikat enggan datang pada rumah yang terdapat anjing. Pertama, hal ini lebih dikarenakan makanan yang dimakan oleh anjing sering kali makanan yang najis. Kedua, lebih dikarenakan petunjuk hadis lain yang menyebutkan bahwa anjing adalah jelmaan setan, sementara malaikat dan setan pun saling bertentangan satu sama lain.[20] Ketiga, anjing mempunyai aroma atau bau yang busuk. Dan yang terakhir yakni keempat, karena pada dasarnya pemeliharaan anjing itu adalah merupakan perbuatan yang dilarang dengan beberapa kondisi, yang menyebabkan orang yang tetap bersikukuh memeliharanya tidak didatangi malaikat karena terhalang oleh keberadaan anjing.[21]
Al-Khaththabi dalam kitab Imam al-Nawawi, memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan anjing pada problem ini adalah anjing yang diharamkan kepemilikannnya, seperti anjing untuk bersenang-senang.[22] Lain halnya jika menyangkut azas pemanfaatan yang jelas, yakni digunakan untuk berburu misalnya, atau yang lainnya seperti menjaga rumah atau anjing peternakan, dan anjing pertanian.[23] Lebih lanjut Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa kesifatumuman yang dikandung dalam hadis di atas menyebabkan terhalangnya malaikat, dan hal ini turut dialami oleh nabi sendiri yang tidak mengetahui keberadaan anjing kecil di bawah ranjangnya, sehingga menyebabkan malaikat Jibril enggan untuk mendatanginya, sekilas ketidak tahuan nabi seharusnya menjadikan udzur yang disebabkan ketidaktahuannya, namun Malaikat Jibril tetap menolak dengan alasan tersebut.
Perlunya membangun konstruksi sebelum dan sesudahnya perintah membunuh anjing disabdakan oleh nabi menjadi syarat mendasar, terlebih sebab yang disampaikan nabi dalam hadis yang berkaitan dengan keengganan malaikat menemuinya dijadikan tolak ukur untuk membunuh beberapa anjing ketika itu, dan jika ditarik garis lurus dengan periwayatan hadis tentang seseorang yang memberi minum anjing yang kehausan yang menjadikannya diampuni dosa oleh allah, serta anjuran rasul untuk berbuat baik kepada makhluk hidup lain, yakni hewan. Hadisnya sebagai berikut:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ 
“Telah menceritakan kepada kami Isma'il telah menceritakan kepadaku Malik dari Sumayya bekas budak Abu Bakr, dari Abu Shalih As Samman dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada suatu ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan melalui suatu jalan, lalu dia merasa sangat kehausan. Kebetulan dia menemukan sebuah sumur, maka dia turun ke sumur itu untuk minum. Setelah keluar dari sumur, dia melihat seekor anjing menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata dalam hatinya; 'Alangkah hausnya anjing itu, seperti yang baru ku alami.' Lalu dia turun kembali ke sumur, kemudian dia menciduk air dengan sepatunya, dibawanya ke atas dan diminumkannya kepada anjing itu. Maka Allah berterima kasih kepada orang itu (diterima-Nya amalnya) dan diampuni-Nya dosanya.' Para sahabat bertanya; 'Ya, Rasulullah! Dapat pahalakah kami bila menyayangi hewan-hewan ini? ' Jawab beliau: 'Ya, setiap menyayangi makhluk hidup adalah berpahala."
Jika merunut sejarah, perawi dari kalangan sahabat yang pertama pada hadis di atas yakni Abu Hurairah, yang dikenal dalam sejarah sebagai seseorang yang meriwayatkan banyak hadis, terlebih ia juga bagian ahl al-Shuffah yang menjadikannya sering berinteraksi dengan nabi di masjid Nabawi.[24] Hal ini juga mengindikasikan riwayat yang beliau sampaikan menjadi peristiwa yang terjadi di Madinah atau setelah nabi hijrah yang mengisahkan peristiwa yang nabi ketahui tentang menyayangi makhluk hidup sehingga ikut berkorelasi dengan hadis lainnya, yakni hadis berikut:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُسَدَّدٌ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي قَابُوسَ مَوْلَى لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Musaddad secara makna, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru dari Abu Qabus -mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) Abdullah bin Amru- dari Abdullah bin Amru dan sanadnya sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, (beliau bersabda): "Para penyayang akan disayangi oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit." (H.R. Abu Daud)

  Hadis di atas tentu menunjukkan kita untuk menebar kasih sayang kepada segala bentuk kehidupan yang hadir di bumi ciptaan Allah ini, maka jaminan yang didapatkan adalah penghuni langit pun akan memberikan kasih sayangnya. Hal ini pula tidak terlepas dari kisah dalam hadis yang berkaitan dengan upaya berbelas kasih terhadap seekor anjing yang ditunjukkan seorang manusia hingga ia memperoleh ganjaran yang cukup besar dari Allah Swt, jika dikaitkan tindakannya.
Kehadiran hadis tentang membunuh anjing di tengah-tengah iklim kerahmahan patut diberikan garis besar juga, kondisi apa yang menyebabkan nabi hingga memberikan sabda yang memang bukan seperti nabi biasanya, segenting itu -jika merujuk asbab al-wurûd- informasi yang akan disampaikan dan dijanjikan oleh malaikat Jibril. Dan karena perintah itu Imam al-Nawawi dalam kitabnya memberikan penjelasan tentang membunuh anjing. Sebagai berikut:[25]
Pertama, bersepakat ulama mengenai kebolehan membunuh anjing yang mengganggu dan membahayakan atau istilahnya dalam hadis, anjing galak. Kedua, mereka berbeda pendapat mengenai kebolehan membunuh jika tidak disertai dengan maksud yang mendesak atau membahayakan atau berpotensi membahayakan. Imam al-Haramaîn menjelaskan secara rinci pola dalam perintah membunuh anjing pada beberapa hadis di atas, sebagai berikut:
1.   Perintah pertama kali memang ditujukan untuk kebolehan membunuhnya dengan sebab sebagai mana dijelaskan beberapa hadis di atas.
2.   Melarang melaksanakan perintah itu, dengan memberikan pengecualian terhadap anjing yang berwarna hitam pekat saja yang boleh di bunuh.
3.   Melarang melaksanakan perintah membunuh yang ditetapkan secara syara’ secara keseluruhan, sekalipun berwarna hitam pekat atau sejenisnya yang mengandung identitas khusus.
Pemahaman tentang perintah yang bersifat mendesak pun disertai dalil penguat lainnya, untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang suatu peristiwa dan bahkan kondisi serta Bahasa yang disampaikan menjadi focus pendekatan tahlili pula.
Sementara dalam dunia modern menempati posisi yang bisa dibilang cukup mumpuni, yang awalnya ditempatkan sebagai tiga hal khusus yakni menjaga, berburu dan pengaman hewan ternak, telah mengalami perkembangan pemanfaatan dan bahkan profesi dan bidang keilmuan pun seperti ilmu kedokteran hewan dan ilmu kepolisian ikut menggunakan anjing dalam proses pembelajaran dan pemanfaatannya, dan terdapat pula pelayanan jasa memandikan atau perawatan hewan khususnya anjing yang hasil dari pelayanannnya seringkali disamakan sebagai hasil harga anjing.
Ilmu kepolisian memanfaatkan potensi manfaat anjing yang dapat mengendus beberapa barang yang memang manusia biasa tidak bisa lakukan, dengan menyelidiki suatu barang melalui indera penciumannya. Sementara kedokteran hewan sendiri memang lebih luas dalam upaya perawatan dan pengobatan dengan tidak hanya memfokuskan kepada anjing saja, tetapi semua hewan, terlebih khusus anjing yang memiliki virus rabies dalam air liurnya.
Dalam konteks dunia modern masa kini keberadaan anjing menjadi lebih eksklusif, kepemilikannya sebagian besar hanya dimiliki oleh beberapa orang berpenghasilan menengah keatas, dan hal ini pun hanya dikhususkan pada ras-ras anjing tertentu saja. Sementara anjing lokal biasanya dijadikan binatang peliharaan untuk segmentasi ekonomi kebawah dan berada pada beberapa lokasi saja, yang tidak terlalu dominan penganut agama Islam di lokasi tersebut.
Masyarakat yang didominasi oleh mayoritas muslim pun dalam memahami situasi di atas setidaknya terbagi pada dua sisi, yakni yang menolak keberadaan anjing dengan membunuhnya agar tidak menjadi sesuatu yang mengganggu atau membahayakan di kemudian hari dalam hal beribadah mereka dan tindakannya cenderung aggresif, dan satu lagi yang menerima keberadaan anjing dengan memperhatikan segala sesuatu, dengan memahami selama tidak mengganggu dan menyakiti maka tidak perlu dibunuh dan tindakannya cenderung pasif.
Perhatian pemerintah pun dalam menanggapi hal tersebut mempunyai perhatiannya tersendiri, semisal di Jakarta, upaya razia anjing liar pun sempat diwacanakan pada awal tahun 2018,[26] dengan berkonsentrasi pada beberpa titik lokasi semisal perumahan padat penduduk dan di sekitar wilayah perkomplekan. Alasan yang diutarakan pemerintah pun yakni untuk mencegah terjadinya penularan penyakit rabies pada hewan dan menghindari terjadinya penyerangan anjing berpenyakit ini kepada manusia. Akan tetapi setelah dilakukan juga pada awal tahun 2019, upaya pemerintah ini ternyata dikecam oleh beberapa aktivis hewan, yang menilai perlakuan terhadap hewan yang terkena razia terlalu kasar.[27]
Sehingga dalam konteks dunia modern segala tindakan penyiksaan, perlakuan kasar, atau bahkan membunuh hewan yang dalam hal pembahasan kali ini yaitu pembahasan tentang membunuh anjing tentu akan mendapat respon yang kontras. Maka perlu dirumuskan kriteria apa yang mesti ditetapkan dalam membunuh anjing mengingat perintah tersebut sebagai sumber ajaran agama, dan tentunya mempunyai konsekuensi tersendiri dalam pengamalannya. Dan penulis sepakat dengan kutipan yang digunakan oleh Imam al-Nawâwî dengan pendapatnya, namun memberikan kredit khusus untuk permasalahan anjing liar dengan menyetujui jika memang perlu untuk dibunuh.


















BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Anjing menjadi objek kajian dalam melihat hadis yang memerintahkan membunuhnya, dengan sepotong hadis yang dibalut dalam periwayatan yang cukup kuat berpotensi diamalkan pada sudut pandang hadis tersebut saja, padahal seharusnya perlu pendukung hadis yang memadai dalam memahami konteks perintah membunuh anjing kala itu. Oleh karena itu, perlu sekali memahami hadis ini dengan memerlukan hadis yang se-tema.
Penulis menemukan bahwa terdapat tiga tipe periwayatan dalam perintah membunuh anjing, satu perintah dengan tergesa-gesa yang kala itu mesti dilakukan, dan perintah eksepsional yaiitu perintah dengan memberikan Batasan identitas tertentu, dan perintah untuk tidak memelihara, dalam hal demikian penulis menyadari perintah membunuh nampaknya hadir ketika kala itu mempunyai tiga sebab pula, pertama membahayakan sebagaimana dengan hadis yang menyebutkan lima hewan pasik yang boleh dibunuh, kedua dimanfaatkan dikarenakan kebutuhan manusia dalam menjaga atau melindungi sesuatu, ketiga karena memang mengganggu dan kebetulan memang tidak ada yang bertanggung jawab atas hewan tersebut, maka menurut penulis dalam penelitian ini adalah boleh membunuh dalam taraf tertentu, jika memang sudah mulai mengganggu.








DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nizar. Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan). Yogyakarta: CeSAD YPI al-Rahmah, 2001
Baso, Ahmad Post Tradisionalisme Islam, terj. Ahmad Baso. Yogyakarta: LKIS,2000
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Sahorin Syamsuddin(ed.). Yogyakarta: Teras, 2007
Ghazali, Muammad. Studi Kritis atas Hadis Nabi SAW. Antara Pemahaman Tekstual dan Kontekstual, Terj. Muammad al-Baqir. Bandung: Mizan,1996
Hitti, Philip K. History of the Arabs. London: The Macmillan Press, 1974
Ilyas, Yunahar. dan M. Mas’udi. Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadis. Cet.I . Yogyakarta: LPPI, 1996
Ismail, Muammad Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1992
-------, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Telaah Ma’ani al-Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan Lokal. Jakarta: Bulan Bintang, 1994
-------, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya. Jakarta: Gema Insani Press, 1995
M. Isa H. A. Salam, Bustamin. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004
Mandzur, Ibnu. Lisan al-Arab. Beirut: Dar al-Fikr, 1990
Mustafa Azami, Muammad. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992
Munawwar, Said Agil Husin dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud (Studi Kritik Hadis Nabi Pendekatan Sosio-Historis-Kontekstual.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001
Qaradâwî, Yusuf. Kaifa Nata’amalu Ma’a as-Sunnah an-Nabawiyah (Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw). Diterj. Muammad al-Baqir. Bandung: Karisma, 1993
Rahman, Fazlur. Dkk, Wacana Studi Hadis Kontemporer. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002
-------, Terj. Anas Mahyuddin. Membuka Pintu Ijtihad. Bandung: Pustaka, 1984
Rudliyana, Muammad Dede. Perkembangan Pemikiran Ulumul Hadis dari Klasik Sampai Modern. Bandung: Pustaka Setia.2004
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’ān: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Mizan, 1992
Suryadi. 2008. Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi Perspektif Muammad al-Ghazālī dan Yusuf al-Qaradâwî. Yogyakarta: Teras.
Suryadi, Rekonstruksi Metodologis Pemahaman Hadis Nabi, dalam wacana studi hadis kontemporer PT. Tiara Wacana, 2002
Zuhri, Muh. Telaah Matan Hadis (Sebuah Tawaran Metodologis). Yogyakarta:LESFI,2003
-------, Hadis Nabi; Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003
Fatimah,Siti. 2009. Skripsi Metode Pemahaman Hadits Nabi Dengan Mempertimbangkan Asbabul Wurud  Studi Komparasi Yusuf al-Qaradâwî dan Suhudi Ismail. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Suryadilaga, M. Alfatih, “Metode Hermeneutik dalam Pensyarahan Hadis: Ke Arah Pemahaman Hadis yang Ideal dan Komprehensip”, Jurnal Studi Ilmu al-Qur’ān dan Hadis. Vol. 1, No. 1, Januari 2001.
Ya’qub, Ali Mustafa. “Cara Benar Memahami Hadis. Pustaka Firdaus,  cet.II  2016
Khaeruman, Badri. “Otentisitas Hadis : Studi Kritis Atas Kajian Hadis Kontemporer. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 2004
al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari Jilid 2. Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.
Abî Hasan Nûr al-Dîn Muhammad ibn ‘Abd al-Hadî al-Sindî, Shahih al-Bukhârî: bi Hasyiyah al-Imâm al-Sindî Jilid Kedua, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 1998.
Abî Al-Hasan Muslim ibn al-Hajjâj al-Naisâburî, Shahih Muslim Jilid 3, (Qâhirah: Dâr al-Hadîs, 2010
Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqî, Miftah Kunûz al-Sunnah, (Lahore: Idârah Tarjamân al-Sunnah, 1978
Syams al-Dîn Abî ‘Abd Allah al-Dzahabî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Qahirah: Dâr al-Kautsar, 2004.
Jamâl al-Dîn Abî al-Hujjâj Yûsuf  al-Mizzi, Tahdzibul Kamal fi Asmâ al-Rijâl, (Beirut: Al-Mua’sasah al-Risalah, 1992.
al-Kalâbâdzî, Abî Nashr Ahmad ibn Muhammad ibn Husain al-Bukhârî. Rijal Shahih al-Bukhârî, (Beirut: Dâr al-Ma’arif, 1978.
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut, Dar al-Fikr al-Mu’atsir, 1985.
Imam al-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim: Jilid 10, Cet. Kelima Terj. Agus Ma’mun, Dkk, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2015.

Website:

Data tentang sejumlah hewan yang ditangkap didapat  https://tirto.id/dprd-dki-sebut-perlu-ada-razia-anjing-kucing-liar-tiga-kali-setahun-ddM7 diakses pada tgl 31 Juli 2019 pukul 23:12.
https://www.suara.com/news/2019/01/08/100606/dikecam-pecinta-hewan-anies-minta-razia-kucing-dan-anjing-ditunda diakses pada tgl 31 Juli 2019 pukul 23:19.


[1] Hal ini demikian yang disajikan dalam firman-Nya yang menunjukkan bahwasanya penciptaan manusia pula didukung perangkat lainnya yang saling mengisi, yaitu tumbuhan dan hewan. Hal ini tergambar dalam surah al-Nazi’at ayat 27-33.
[2] Penyajian yang disampaikan dalam al-qur’an memang secara tersirat menunjukkan keharaman babi saja, hal ini dapat dilihat dalam firmannya surah al-baqarah [2]: 173. Sementara permasalahan keharaman dan kenajisan anjing berpusat pada persoalan fikih yang cenderung memberikan batasan yang penuh kehati-hatian mengingat larangan yang cukup jelas padanya, terutama dalam kenajisan anjing yang berada pada level tertinggi. Lih. Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002) h. 132-134
[3] Hadis Nomor 3323 Kitab Bida` al-Khalq Bab Idzâ Waqa’a al-Dzubâb fî Syarâb Ahadikum fal-yagmishu…. , terletak pada hadis keempat dalam bab itu. Lih. Abî Hasan Nûr al-Dîn Muhammad ibn ‘Abd al-Hadî al-Sindî, Shahih al-Bukhârî: bi Hasyiyah al-Imâm al-Sindî Jilid Kedua, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 1998), h. 409
[4] Abî Al-Hasan Muslim ibn al-Hajjâj al-Naisâburî, Shahih Muslim Jilid 3, (Qâhirah: Dâr al-Hadîs, 2010), h. 484
[5] Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad
[6] Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqî, Miftah Kunûz al-Sunnah, (Lahore: Idârah Tarjamân al-Sunnah, 1978), h. 420
[7] Dalam kitab tersebut terdapat lumayan banyak pembahasan tentang anjing dan terkait dengan cukup banyak hadis terutama pada bab hadis fikih tentang anjing, karena anjing juga merupakan objek hukum yang sering dibahas dalam fikih. Namun pembahasan khusus tentang membunuh anjing memang dengan khusus dikelompokkan yang mengindikasikan pula bahwa hadis perintah membunuh juga mempunyai jumlah hadis yang tidak sedikit dan tentu sangat penting. Dalam kitab itu Dengan menggunakan kata kunci (الْكِلَابُ) dan terkhusus pada pembahasan أَمْرُ النبي بِقَتْلِ الْكِلَابِ dengan demikian didapatkan informasi sebagaimana tertulis di atas. Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqî, Miftah Kunûz al-Sunnah, (Lahore: Idârah Tarjamân al-Sunnah, 1978), h. 420-421
[8] Syams al-Dîn Abî ‘Abd Allah al-Dzahabî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Qahirah: Dâr al-Kautsar, 2004)
[9] Jamâl al-Dîn Abî al-Hujjâj Yûsuf  al-Mizzi, Tahdzibul Kamal fi Asmâ al-Rijâl, (Beirut: Al-Mua’sasah al-Risalah, 1992)
[10] Abî Nashr Ahmad ibn Muhammad ibn Husain al-Bukhârî al-Kalâbâdzî, Rijal Shahih al-Bukhârî, (Beirut: Dâr al-Ma’arif, 1978), h. 435
[11] Abî Nashr Ahmad ibn Muhammad ibn Husain al-Bukhârî al-Kalâbâdzî, Rijal Shahih al-Bukhârî, (Beirut: Dâr al-Ma’arif, 1978), h. 693
[12] Abî Nashr Ahmad ibn Muhammad ibn Husain al-Bukhârî al-Kalâbâdzî, Rijal Shahih al-Bukhârî, (Beirut: Dâr al-Ma’arif, 1978), h.745
[13] Arti perkata dalam dua hadis di atas diperbandingkan dengan kamus Bahasa dan arti hadis dalam arti dalam Lidwa. Lih. Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h.  
[14] Tentu pembahasan yang dimulai dengan bab thaharah memang mencirikan sebuah kitab sunan yang memang permulaan dimulai dengan bab-bab bernuansa fiqih, dan sebelum melakukan peribadahan yakni harusnya seseorang dalam keadaan suci. Berbeda dengan kitab al-jami yang memang mencakup keseluruhan pembahasan mengenai nilai-nilai fundamental dalam ajaran agama islam, yang biasanya dimulai dengan akidah diikuti thaharah lalu dilanjutkan dengan bab-bab penting lainnya.  
[15] KBBI
[16] Al-Qur’an al-Karim Surah al-Maidah [5]:4
[17] Al-Qur’an al-Karim Surah al-A’raf [7]:176
[18] Al-Qur’an al-Karim Surah al-Kahfi [18]:8 dan 12.
[19] Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut, Dar al-Fikr al-Mu’atsir, 1985), Jilid I, h. 153
[20] Sebagaimana hadis nabi yang memerintahkan membunuh anjing dengan memberikan pada pola dan warna tertentu yang merupakan jelmaan setan. Berikut hadisnya:
........... أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْكِلَابِ حَتَّى إِنَّ الْمَرْأَةَ تَقْدَمُ مِنْ الْبَادِيَةِ بِكَلْبِهَا فَنَقْتُلُهُ ثُمَّ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِهَا وَقَالَ عَلَيْكُمْ بِالْأَسْوَدِ الْبَهِيمِ ذِي النُّقْطَتَيْنِ فَإِنَّهُ شَيْطَانٌ               
“…..Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwa dia pernah mendengar Jabir bin Abdullah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami supaya membunuh anjing, bahkan anjing milik seorang wanita badui yang selalu mengiringinya kami bunuh juga. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang membunuh anjing seperti itu, namun beliau bersabda: "Bunuhlah anjing yang berwarna hitam dengan dua titik putih dikeningnya, karena anjing itu adalah jelmaan dari setan." (H.R. Muslim)
[21] Imam al-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim: Jilid 10, Cet. Kelima Terj. Agus Ma’mun, Dkk, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2015), h. 173-174.
[22] Ketentuan lain dalam kaitannya dengan hadis tentang anjing juga membahas keberadaan ganjaran yang didapatkan dalam pemeliharaannya yang jika selain untuk tiga hal sebagaimana disebutkan di atas, maka menyebabkan berkurangnya pahala sebanyak dua qirath. Dengan ketentuan dua qirath ini pun dengan berbagai ketentuan sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Nawawi juga. Lih. Imam al-Nawawi,  Imam al-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim: Jilid 7, Cet. Kelima Terj. Agus Ma’mun, Dkk, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2015), h. 732-737
[23] Imam al-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim: Jilid 10, h. 174
[24] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012), h.   
[25] Syarh al-Nawâwi ‘alâ Muslim. h. 235
[26] Data tentang sejumlah hewan yang ditangkap didapat  https://tirto.id/dprd-dki-sebut-perlu-ada-razia-anjing-kucing-liar-tiga-kali-setahun-ddM7 diakses pada tgl 31 Juli 2019 pukul 23:12.

No comments:

Post a Comment