Friday, 11 November 2016

Tafsir Al-Kasysyaf - Zamakhsyari

A.    Biografi Al-Zamakhsyari
Nama lengkap Al-Zamakhsyari adalah Abu AL-Qasim Mahmud bin Umar Al-Khawarizmi Al-Zamakhsyari. Beliau lahir pada tanggal 27 rajab 467 H di Zamakhsyar, sebuah perkampungan besar dikawasan Khawarizm (Turkistan). Beliau mulai belajar di negeri sendiri, kemudian melanjutkan ke Bukhara, dan belajar sastra kepada Syeikh Mansur Abi Mudar.[1] Setelah itu, beliau pergi ke mekkah dan menetap disana sampai beliau memperoleh julukan Jarullah (tetangga Allah) dan juga beliau mengarang sebuah kitab yang berjudul Al-Kasysyaf An Haqa’iqi Gawamidi Al-Tanzil wa Uyuni Al Qawil fi Wujuhi Al Ta’wil di Mekkah. Beliau Wafat pada tahun 538 H di Jurjaniah, Khawarizm.
Dalam perjalanan dan perkembangan intelektualitas az-Zamakhsyari selain dikenal sebgai seorang ahli Tafsir dengan Tafsir al-Kasysyaf beliau juga dikenal sosok yang ahli dalam ilmu kalam, filsafat, logika,fiqih, bahasa ka kesusastraan arab yang sangat produktif dalam berkarya dengan kualitas kandungan keilmuan yang tidak diragukan oleh siapapun yang menelaahnya.
Menurut al-Hufi  buku karangan az-Zamakhsyari mencapai 47 buah; ada yang dalam bentuk besar dan ada yang dalam bentuk kecil. Adapun sebagian hasil karyanya adalah; 1. Al-Kasysyaf An Haqa’iqi Gawamidi Al-Tanzil wa Uyuni Al Qawil fi Wujuhi Al Ta’wil, 2. Rabi’ul al-Abrar. Buku ini mengulas tentang tema seperti waktu, dunia dan akhirat, langit, bintang, dan sebaginya. 3. Asas al-Balaghah yang tentunya isinya menyangkut tentang kebahasaan. 4. Al-Nashaih as-Shigar yang berisi kumpulan nasihat-nasihat dan untaian-untaian hikmah.
B.     Ilmu Kalam Al-Zamakhsyari
Al-Zamakhsyari dilahirkan di sebuah tempat yang bernama Khawarizm yang merupakan pusat pemikiran aliran Mu’tazilah. Sehingga inilah yang mewarnai pemikirannya.
Sehingga dengan dasar kemu’tazilahannya tersebut, maka konsekuensinya adalah beliau lebih terbuka dan cenderung liberal dalam menginterpretasikan kandungan ayat-ayat al-Qur’an. Oleh sebab itu, hasil karya tafsirnya pun memiliki unsur kandungan pemahaman Mu’tazilah. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian  Allamah Ahmad al-Nayyir yang dituangkan dalam bukunya al-Itisyaf dan tafsir al-kasysyaf pun banyak menuai kontroversi serta kritikan pedas dari para ulama. Akan tetatpi di sisi lain banyak juga yang mengapresiasi terhadap kitab al-kasysyaf karena banyak memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan khazanah tafsir dalam islam.
C.     Mazhab Fiqih Al-Zamakhsyari
Dalam persoalan mazhab fiqih, beliau menganut pola fikir Imam Abu Hanifah. Yang mana Imam Abu Hanifah sendiri adalah merupakan imam yang dikenal dengan cara berfikirnya dalam hal hukum lebih transprantif dan rasional. Di samping beliau mengacu pada sumber islam, namun terlepas dari semua itu juga Abu hanifah kental dengan ijtihadnya.

D.    Sumber Penafsiran Al-Zamakhsyari

E.     Referensi Mufassir
Dalam penyusunan kitab al-Kasysyaf tidak terlepas dari kitab-kitab tafsir sebelumnya dan juga kitab-kitab lain yang berkaitan dengan tafsirnya. Menurut Ayatullah Zada, al-Zamakhsyari banyak bersandar pada beberapa kitab tafsir klasik dalam menguraikan penafsiran dan pandangannya yang sesuai dengan latar belakang ideologinya.
Adapun yang menjadi sumber utama  al-Zamakhsyari dalam menyusun kitab al-Kasysyaf adalah sebagai berikut:
1.      Ilmu pengetahuan yang dimilikinya sendiri. Karena ia mempunyai kemampuan dalam bidang ilmu, maka hal ini menjadi sumber baginya untuk menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.
2.      Kitab-kitab tafsir yang telah lebih dahulu ditulis oleh para mufassir:
Ø  Tafsir yang disusun oleh Mujahid (w. 104 H)
Ø  Tafsir yang disusun oleh Amru bin Ubaid (w. 144 H)
Ø  Al-Asham al-Mu’tazily (w. 235 H)
Ø  Tafsir karya al-Zajjaj (w. 311)
Ø  Tafsir karya al-Rumany (w. 384 )
Ø  Kitab-kitab tafsir dari golongan ‘Alawiyyun (Syi’ah Ali bin Abi Thalib)
Ø  Tafsir-tafsir yang disusun oleh penganut teologi lain seperti khawarij, rafidhah, dan mutawasshifin.
3.      Sumber Qira’at. Diantaranya:
Ø  Mushaf Abdullah bin Mas’ud
Ø  Mushaf al-Harits bin Su’aid
Ø  Mushaf Ubei
Ø  Mushaf Ahlu hijaz dan ahlu Syam
4.      Sumber bahasa dan nahwu
Ø  Kitab imam Shibawaih dan ini yang paling banyak digunakan oleh al-Zamakhsyari sebagai syawahid
Ø  Kitab ishlahul mantiq yang digagas oleh ibn Sikkit (w. 244 H)
Ø  Kitab al-Kamil yang dikarang oleh al-Mubarrad (w. 244 H)
Ø  Kitab al-Mutammim fil Khatha’I wal haja’I yang ditulis oleh Abdullah bin Darstawaih (w. 348 H)
Ø  Kitab al-Hujjah yang ditulis oleh Abu Ali Al-Farisi (w. 377 H)
Ø  Kitab al-Mukhtasab karya ibnu Jinni (w. 392 H)
5.      Sumber sastra
Ø  Kitab al-Hayawan karya al-Jahizh
Ø  Kitab al-Himasah karya ibn Tammam
Ø  Kitab istagfir wastagfir karangan Abu al-‘Ala’ al-Ma’arriy
Adapun kitab yang paling banyak mempengaruhi pola berfikir Zamakhsyari adalah kitab Tahdzib al-Tafsir yang ditulis oleh al-Hakim al-Jusyami.
F.      Metode Penulisan Tafsir Al-Kasysyaf
Dalam kitab tafsir al kasysyaf yang digagas oleh Imam Al-Zamakhsyari, beliau menerapkan metode dalam bentuk tahlili yang merupakan rangkaian bentuk tafsir dengan menjelaskan ayat-ayat Al-qur’an dari berbagai aspek yakni aspek bahasa yang mencakup nahwu, balaqhah, dalalah, qira’at, fiqh,dan sebagainya. Namun, bukan berarti metode tahlili ini membahas pokok penafsiran al-qur’an dari mulai awal mushaf sampai akhirnya, melainkan terletak pada pola pembahasan dan analisisnya.
Terdapat beberapa keunggulan dalam menggunakan metode tahlili salah satunya yaitu dalam metode ini al-zamakhsyari berusaha melihat ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai dimensi atau segi tekstual, bahkan dalam tafsir metode ini pulalah lebih terhindar dari israiliyat.
G.    Corak Penafsiran Al-Kasysyaf
Al-Zamakhsyari merupakan salah seorang yang memiliki kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang bahasa arab, balaghah dan pengetahuan tentang syair-syair, ilmu bayan, I’rob dan sastra. Oleh karena itu, dalam menafsirkan ayat al-Qur’an ia lebih menggunakan pendekatan bahasa, sehingga kitab tafsir al-kasysyafnya memiliki satu corak tafsir yang sangat kental yaitu corak tafsir lughawi (bahasa).
Berikut beberapa bentuk corak al-Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara Balaghah:
A.    Dalam al-Qur’an surat al-Mursalat ayat 13 al-Zamakhsyari menggunakan konsep tasybih mufrod.
B.     Pada surat Thaha ayat 15-16 al-Zakhmasyari menafsirkannya dengan menggunakan konsep majaz mursal yaitu konsep yang menggunakan setiap kata pada kontek diluar maknanya karena hubungan yang tidak serupa serta diikuti dengan sesuatu yang mencegah dari keinginan terhadap makna yang asli. Hubungan-hubungan tersebut bisa bersifat sebab, akibat, parsial, universal, lokasi, tempat serta penjelasan apa yang telah berlalu dan penjelasan apa yang akan terjadi.
C.     Hal yang serupa juga dilakukan oleh al-Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat al-Qur’an yang terdapat pada surat Yunus ayat 14. Dengan menggunakan konsep isti’aroh, yaitu meminjam suatu kata untuk digunakan dalam pengertian yang lain.
D.    Pada surat al-Baqarah ayat 26, al-Zamakhsyari menafsirkan ayat tersebut dengan menggunakan konsep majaz ‘aqli, dengan menyandarkan perbuatan atau sesuatu yang berkonotasi perbuatan kepada yang bukan pelakunya. Hal dilakukan atas dasar adanya hubungan yang disertai dengan sesuatu yang mencegahnya untuk dapat disandarkan secara hakiki. Majaz aqal ini bisa dalam bentuk sebab, waktu, tempat, mashdar, maupun lain-lain yang terkait dengan perbuatan.

Dengan demikian, az-Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan lebih berpijak pada pendekatan balaghah, ma’ani dan ilmu-ilmu bahasa lainnya memberikan sebuah indikasi bahwa ia lebih cenderung memaknai Kalamullah secara Antroposentris (sebuah pandangan yang bertitik pada asumsi bahwa manusia yang cenderung melihat hal-hal secara lahiriah).


H.    Karakteristik Penafsiran
Latar belakang al-Zamakhsyari sebagai seorang pakar bahasa arab memiliki pengaruh yang sangat besar dalam penulisan kitab tafsir. Dalam penafsirannya Al-Zamakhsyari menggunakan pendekatan bahasa, sehingga kitab tafsir al kasysyaf ini memiliki satu corak tafsir yang sangat kental, yaitu corak Lugawi (bahasa). Disamping kapasitas keilmuan al-zamakhsyari dalam bidang bahasa dan sastra arab, faktor lain yang menyebabkan al kasysyaf disusun dengan corak bahasa adalah minat penduduk masriq kepada ke susestraan arab lebih besar dibandingkan dengan penduduk magrib. Selain itu, karakteristik lain yang menonjol dalam tafsir al kasysyaf adalah adanya kecenderungan pada paham muta’zilah.
                                                                                                                        







[1] Manna Khalil Al-Qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an (Bogor. Pustaka Lite menra antar nusa, 2015), cet. 18 h. 539

No comments:

Post a Comment