Friday, 11 November 2016

MEMBERIKAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS YANG BERHAK

SYARH DAN KRITIK DENGAN METODE TAKHRÎJ
HADIS ANJURAN MEMBERIKAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS YANG BERHAK


A.  Pendahuluan
Kata Fara’id ( الفرائض ) secara bahasamerupakan bentuk jama’dari kata Faridhah ( فريضة) yang berarti sesuatu yang diwajibkan artinya adalah sesuatu yang telah di tentukan. Adapun menurut istilah adalah bagian yang telah di tentukan bagi ahli waris sebagaimana yang telah di tentukan oleh Syari’.[1]Karena pembagian hak waris telah di firmankan Allah Swt di dalam al-Qur’an surat An-Nisa ayat 7-8 :

لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا (7) وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُولُو الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينُ فَارْزُقُوهُمْ مِنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا (8)[2]
       Sabab an-Nuzul[3] ayat ini adalah bahwa pada zaman Jahiliyyah kaum Musyrikin memberikan harta mereka hanya dari laki-laki yang besar, tetapi mereka tidak mewariskan harta mereka kepada para perempuan dan juga kepada anak-anak mereka, maka Allah Swt menurunkan ayat 7 dalam surat An-Nisa :
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا (7)
       Menurut Imam al-Hafidz Ibn Katsir dalam tafsirnya Tafsir al-Qur’an al-Karim mengatakan bahwa yang dimaksud ayat diatas adalah semua manusia memiliki ketetapan yang sama dalam hukum Allah, terutama sama dalam pembagian hak waris sesuai dengan kesepakatan ahli waris.[4]

       Rasulullah Saw mengharuskan kita untuk mempelajari ilmu waris, karena keharusan mempelajari ilmu waris telah terdapat dalam sunnah Nabi Muhammad yaitu diantaranya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ ، حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى بْنُ بَكْرٍ ، حَدَّثَنَا عَوْفٌ ، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِي الأَحْوَصِ ، عَنْ عَبْدِ الله ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّمتَعَلَّمُوْا الْفَرَائِضَ وَعَلِّمُوْهَا النَّاسَ فَإِنِّي امْرُؤٌ مَقْبُوْضٌ وَإِنَّ العِلْمَ سَيُقْبَضُ وَتَظْهَرُ الفِتَنَ حَتَّى يَخْتَلِفَ اثْنَانِ فِي الفَرِيْضَةِ فَلَا يَجِدَانِ مَنْ يَقْضِي بَيْنَهُمَا رَوَاهُ الحَاكِمُ وَصَحَّحَ إِسْنَادُهُ[5]
       Hadits diatas Rasulullah Saw memerintahkan untuk mempelajari Ilmu waris dan mengajarkannya kepada yang lain. Namun Rasulullah Saw tidak hanya memerintahkan namun dengan menjelaskan maksud kita harus mempelajari ilmu waris ini, yang terdapat dalam hadits Rasulullah Saw, :
تَعَلَّمُوْا الفَرَائِضَ فَإِنَّهَا مِنْ دِيْنِكُمْ وَإِنَّهُ نِصْفُ العِلْمِ وَإِنَّهُ أَوَّلُ عِلْمٍ يُنْزَعُ مِنْ أُمَّتِي رَوَاهُ اْبْنُ مَاجَةَ وَغَيْرُهُ[6]
       Hadits di atas Rasulullah Saw menganjurkan kita untuk belajar tentang Ilmu Waris[7] karena itu merupakan sebagian dari Agama Islam, dan sesungguhnya itu merupakan sebagian[8] dari ilmu pengetahuan, dan ilmu ini juga adalah ilmu pertama yang akan dicabut oleh Allah Swt dari umat Nabi Muhammad Saw.

B.  TeksHadis
Syarhdankritikhadisdenganmetodetakhrîj tentang anjuran memberikan hak waris kepada ahli waris dengan adil diawalidenganhadis yang terdapat dalamkitabJàmi’ at-Tirmidzìkarya Abì ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin saurah at-Tirmidzìsebagai berikut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ طَاوُوسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ لأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ.[9]
Telahmenceritakankepada kami 'Abdullah bin 'Abdurrahman; telahmengabarkankepada kami Muslim bin Ibrahim; telahmenceritakankepada kami Wuhaib; telahmenceritakankepada kami IbnuThawusdaribapaknyadariIbnu 'Abbas dariNabishallallahu 'alaihiwasallam, beliau bersabda: "Serahkanlahurusan Al Fara`idhkepadaahlinya. Sedangkanapa yang tersisamakaituuntuklaki-laki.
Kutipanhadis di atasmenginformasikanbahwamashâdir al-ashliyyaḧ-nyaadalahSunan Turmudzi.
Dilâlaḧatautawtsîqhadismenggunakankitabal-Jâmi’ al-Shaghîr,[10] yang ditulis al-Suyûthiy, denganlafalawal “أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا”, ditemukanpetunjuk:

أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا– (حم) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ (ق) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ (ت) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
Hal ituberartibahwamashâdir al-ashliyyaḧ-nyaadalahMusnadAhmad,Shahîh al-Bukhariy, Shahih Muslim dan Sunan Turmudzi.
Dilâlaḧ atau tawtsîq hadis memakai al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts[11], tulisan AJ. Weinsinck, dengan akar kata “لحق”, ditemukan petunjuk:
أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا
خ فرائض۵,۷,۹, ۱۵, م فرائض۲,۳, ت فرائض۸,دي فرائض۲۸[12]

Hal itu menunjukkan bahwa mashâdir al-ashliyyaḧ-nya adalah: Shahîh al-Bukhariy, Shahîh Muslim, Sunan al-Turmudziy, Sunan al-Darimiy.
DilâlaḧatautawtsîqhadismenggunakanMiftâhKunûz al-Sunnaḧ, yang ditulisoleh Arnold John Weinsinck (w. 1939),[13]dengan kata kunci “الورث”, padaentri “أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا” ditemukanpetunjukberikut:


بخ   -  ك ٨٥ ب ١٥
مس-  ك٢٣ ح ٤-٢
بد -  ك ١٨ ب ٧
مج-  ك ٢٣ ب ٢٨
مي- ك ٢١  ب ٢٨
حم-  اول ص ٢٩٢ و ٣١٣ و۳۲۵[14]

Kutipan di atasmenjelaskanbahwamashâdir al-ashliyyaḧ-nyaadalah: Shahîh al-Bukhariy, Shahîh Muslim, Sunan Abu Dawud, SunanIbnMajah, Sunan al-Darimiy, Musnad Ahmad bin Hambal.
Dilâlaḧ atau tawtsîq hadis menggunakan kitab Mausuat al-Athraf[15] yang ditulis Muhammad Said Zaghul, dengan lafal awal “أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا”, ditemukan petunjuk:
(م) الفرائض ۲, ۳(ت) ۹۸۲۰(حم) ۱۲۹۲, ۳۲۵(هق) ٦ ۲۳٤, ۲۳۸,۲۳۹(قط)٤۷۱(سنة) ۸۳۲٦(كنز) ۳۰۳۷٤, ۳۰۳۹۱(طب) ۱۱۲۰ (حنفية) ۱۸۳[16]
Kutipan di atasmenjelaskanbahwamashâdir al-ashliyyaḧ-nyaadalah: Shahih Muslim, Sunan Turmudzi, Musnad Ahmad bin Hambal, Sunan Biaihaqi, Sunan Daruqutni, Syarh Sanah al-Baghawi, Kanzul ‘Amal, al-Mu’jam al-Kabir, Musnad Abi Hanafiyyah.


Dilâlaḧdan tawtsiqyang bersifat cek-ricek menggunakan CD al-Maktabah al-Syâmilah dengan proses:
1.      Setelah program Maktabah al-Syâmilah-nyadibuka, klik tabsearch(بحث), kemudian muncul jendela شاشة البحث  
2.      Selanjutnya pilih  بحث في النصوص dan memasukan kataفَلِأَوْلَى ذَكَرٍpada kolom ابحث عن حميع هذه العبارة 
3.      Selanjutnya pilih متون الحديث dan centang/klik pilihan المجموعة كلها 
4.      Langkah selanjutnya adalah klik tab تنفيذ البحث.
Dari proses tersebut diketahuibahwa hadistersebut terdapat dalam mashâdir al-ashliyahsebagai berikut:Mushannif Abd Razak as-Sun’ani, Sunan Sa’id bin Manshur, Musnad Abi Daud at-Tayalisi, Mushonif Ibn Abi Syaibah, Musnad Abi Yu’la Maushuli, al-Mantiqi li Ibn Jarud, Mustakhrij Abi ‘Awwanah, Syarh Ma’ani al-Atsar, Shahih Ibn Hibban, Mu’jam Ibn ‘Arabi.

Secarakeseluruhan, mashâdir al-ashliyyaḧhadistentang anjuran memberikan hak waris kepada ahli waris dengan adil adalah:

NO
Dilâlah
Mashâdir al-Ashliyyah
1
Al-Jâmi’ al-Shaghîr
Musnad Ahmad bin Hambal, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Turmudzi
2
Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts
Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Turmudzi, Sunan ad-Darimi
3
MiftâhKunûz al-Sunnaḧ
Shahih Bukhari,Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan Ibnu Majjah, Sunan ad-Darimi, Musnad Ahmad bin Hambal
4
Mausuat al-Athraf
Shahih muslim, Sunan Turmudzi, Musnad Ahmad bin Hanbal, Sunan Baihaqi, Sunan Daruqutni, Syarh Sanah al-Baghawi, Kanzul ‘Amal, al-Mu’jam al-Kabir li Tabrani, Musnad Abi Hanafiyah
5
CD al-Maktabah al-Syâmilah
Mushannif Abd Razak as-Sun’ani, Sunan Sa’id bin Manshur, Musnad Abi Daud at-Tayalisi, Mushonif Ibn Abi Syaibah, Musnad Abi Yu’la Maushuli, al-Mantiqi li Ibn Jarud, Mustakhrij Abi ‘Awwanah, Syarh Ma’ani al-Atsar, Shahih Ibn Hibban, Mu’jam Ibn ‘Arabi, Bulughul Maram

Jadi, mashâdir al-ashliyyaḧhadits tentang anjuran memberikan hak waris kepada ahli waris dengan adil secara keseluruhan adalah:
1.      Shahih Bukhari
2.      Shahih Muslim
3.       Sunan Turmudzi
4.      Sunan Abi Daud
5.      Sunan Ibnu Majjah
6.      Sunan ad-Darimi
7.      Musnad Ahmad bin Hambal
8.      Sunan Baihaqi
9.      Sunan Daruqutni
10.  Syarh Sanah al-Baghawi
11.  Kanzul ‘Amal
12.  al-Mu’jam al-Kabir li Tabrani
13.  Musnad Abi Hanafiyah
14.  Mushannif Abd Razak as-Sun’ani
15.  Sunan Sa’id bin Manshur
16.  Musnad Abi Daud at-Tayalisi
17.  Mushonif Ibn Abi Syaibah
18.  Musnad Abi Yu’la Maushuli
19.  al-Mantiqi li Ibn Jarud
20.  Mustakhrij Abi ‘Awwanah
21.  Syarh Ma’ani al-Atsar
22.  Shahih Ibn Hibban
23.  Mu’jam Ibn ‘Arabi.
24.  Bulughul Maram




BERSAMBUNG KE BAGIAN II.. Lanjutkan ke bagian 2





[1] Syihabuddin Abi al-‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali Ibn Hajar al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj bi Syarh al-Minhaj, ( Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010 ), Vol. 1, h. 15 dan yang dimaksud denga Syari’ disini adalah Allah Swt dan Rasulullah Saw yang menetapkan hukum pembagian waris kepada setiap yang berhak mendapatkannya.
[2]“ Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan (7) Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik (8)
[3]Sabab an-Nuzul adalah suatu cabang ilmu yang istimewa dalam kajian Ulum al-Qur’an yang sangat istimewa menurut para peneliti dalam masalah tafsir secara umum dan dalam mengetahui rahasia Uslub atau kalimat yang ada dalam al-Qur’an secara khususnya. Dan Sabab an-Nuzul adalah ayat atau beberapa ayat yang turun yang membicarakan suatu kejadian pada hari itu terjadi. Lihat juga dalam kitab karya, Nuruddin ‘Itr, ‘Ulum al-Qur’an al-Karim, ( Damaskus : Matbaah al-Sabl, 1996 ), h. 46
[4] Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasy al-Dimasqy, Tafsir al-Qur’an al-Karim, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2012), Vol. 2, h. 219
[5]Pelajarilah ilmu waris dan ajarkanlah ilmu waris kepada manusia, sesungguhnya aku                 ( Muhammad )hanyalah manusia yang pasti akan mati. Sesungguhnya suatu ilmu akan dicabut dan akan nampak fitnah sampai berselisih antara keduanya dalam warisan, maka keduanya tidak akan menemukan seorangpun yang dapat menyelesaikan keduanya (HR. Al-Hakim). Lihat juga dalam kitab karya Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, (Mesir : Dar al-Gad al-Jadid, 2011), Vol. 12, h. 4
[6]Pelajarilah kalian Ilmu Waris, maka itu merupakan setengah dari ilmu, dan Ilmu Waris adalah Ilmu pertama yang akan dicabut dari umatku (HR. Ibn Majah)
[7] Ilmu Faraidh juga dikenal dengan nama Fiqh al-Mawarits dan juga Ilmu Hitung yang sampai kepada pemahaman yang mengkhususkan setiap orang memiliki hak dari harta peninggalan dari si mayyit. Lihat juga juga karya Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syato al-Dimyati, I’anah al-Thalibin ‘Ala Halli Alfadzi Fath al-Mu’in, (Beirut : Dar al-Fikr, 1997), Vol. 3, h. 222
[8]Yang dimaksud dengan Nisyf (Sebagian/Setengah) adalah karena hubungannya dengan kematian yang bertemu dengan kehidupan. Lihat juga karya Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syato al-Dimyati, I’anah al-Thalibin ‘Ala Halli Alfadzi Fath al-Mu’in, (Beirut : Dar al-Fikr, 1997), Vol. 3, h. 222
[9]Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin adlDlahhak, Sunan at-Tirmidzi (Kairo :Daar el-Hadis,2010)j.4,h.418
[10]Rumus al-Suyuthiy: kha` (خ) al-Bukhariy, mim (م) Muslim, qaf (ق) keduanya (Bukhariy-Muslim), dal (د) Abi Dawud, ta` (ت) al-Tirmidziy, nun (ن) al-Nasa`iy, ha (ه) Ibn Majah, empat (٤) mereka berempat (Abu Dawud, al-Tirmidziy, al-Nasa`iy dan Ibn Majah), tiga (٣) mereka kecuali Ibn Majah, ha mim (حم) Musnad Ahmad, ‘ayn mim (عم) ‘Abdullah bin Ahmad dalam Zawa`id, kaf (ك) al-Hakim dalam al-Mustadrak, kha dal (خد) al-Bukhariy dalam al-Adab, ta` kha` (تخ) al-Bukhariy dalam Tarikh, ha` ba` (حب) Ibn Hibban dalam Shahîh, tha` ba` (طب) al-Thabraniy dalam al-Kabir, tha` sin (طس) al-Thabraniy dalam al-Awsath, tha` shad (طص) al-Thabraniy dalam al-Shaghîr, shad (ص) Sa’id bin Manshur dalam Sunan, syin (ش) Ibn Abi Syaybah, ‘ayn ba` (عب) ‘Abd al-Razzaq dalam al-Jâmi', ‘ayn (ع) Abi Ya’la dalam Musnad, qaf tha` (قت) al-Daruquthniy, fa` ra` (فر) al-Daylamiy dalam Musnad al-Firdaws, ha` lam (حل) Abi Na’im dalam al-Hulyah, ha` ba (هب) al-Bayhaqiy dalam Syu’b al-Iman, ha` qaf (هق) al-Bayhaqiy dalam al-Sunan, ‘ayn dal (عد) Ibn ‘Adiy dalam al-Kamil, ‘ayn qaf (عق) al-‘Aqiliy dalam al-Dhu’afâ`, kha` tha (خظ) al-Khathib.Muhammad ‘Abd al-Ra`uf al-Munawiy, Faydh al-Qadir Syarh al-Jâmi' al-Shaghîr, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1972), Cet. Ke-2, Juz 1, h.24-29.
[11]Rumus Mu’jam: ta` (ت) al-Tirmidziy, jim ha` (جه) Sunan Ibn Majah, ha` mim (حم) Musnad Ahmad, kha` (خ) Shahîh al-Bukhariy, dal (د) Sunan Abu Dawud, dal ya` (دي) Sunan al-Darimiy, tha` (ط) Muwatha` Malik, mim (م) Shahîh Muslim, dan nun (ن) Sunan al-Nasa`iy. A.J. Weinsinck (w. 1939), al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts, (Leiden: Briel, 1969), Juz,7 h.99
[12]A.J. Weinsinck (w. 1939), al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts, (Leiden: Briel, 1969), Juz 2, h.99
[13]Rumus Miftah Kunuz adalah: ba` kha` (بخ) Shahîh al-Bukhariy, mim sin (مس) Shahîh Muslim, ba` dal (بد) Sunan Abi Dawud, ta` ra` (تر) Sunan al-Tirmidziy, nun sin (نس) Sunan al-Nasa`iy, mim jim (مج) Sunan Ibn Majah, mim ya` (مى) Sunan al-Darimiy, mim alif (ما) Muwatha` Malik, zay (ز) Musnad Zayd bin ‘Ali, ‘ayn dal (عد) Thabaqat Ibn Sa’d, ha` mim (حم) Musnad Ahmad bin Hanbal, tha` (ط) Musnad al-Thayalasiy, ha` syin (هش) Sirah Ibn Hisyam, qaf dal (قد) Maghaziy al-Waqidiy, kaf (ك) kitab, ba` (ب) bab, ha`(ح)  hadis, shad (ص) shafhah, jim (ج) juz, qaf (ق) qism, qaf alif (قا) qabil ma qablaha bi ma ba’daha. A.J. Weinsinck (w. 1939), Miftah Kunuz al-Sunnah, Penerjemah: Muhammad Fu`ad ‘Abd al-Baqiy, (Lahore: Idarah Tarjuman al-Sunnah, 1978), h. alif
[14]Miftah Kunuz al-Sunnah, Penerjemah: Muhammad Fu`ad ‘Abd al-Baqiy, (Lahore: Idarah Tarjuman al-Sunnah, 1978), h.520.
[15](م) Shahìh Muslim,(ت)Sunan atTirmidzi (حم) Musnad Ahmad bin Hambal (هق)Sunan Bihaqi  (قط) Sunan ad-Daruqtni, (سنه)Syarh sanah al-Baghawi, (كنز)Kanzul ‘Amal, (طب) al-Mu’jam al-Kabir li Tabrani, (حنفية)Munad Abi Hanafiyah
[16]Muhammad Said Zaghul, Mausu’ah Athrof al-Hadits al-Nabawi (Beirut : dar al-fikr,1994 ) j.2.h.135.

No comments:

Post a Comment