SYARH DAN KRITIK DENGAN METODE TAKHRÎJ
HADIS ANJURAN MEMBERIKAN HAK WARIS KEPADA
AHLI WARIS YANG BERHAK
A.
Pendahuluan
Kata Fara’id ( الفرائض ) secara
bahasamerupakan bentuk jama’dari kata Faridhah ( فريضة) yang
berarti sesuatu yang diwajibkan artinya adalah sesuatu yang telah di tentukan.
Adapun menurut istilah adalah bagian yang telah di tentukan bagi ahli waris
sebagaimana yang telah di tentukan oleh Syari’.[1]Karena
pembagian hak waris telah di firmankan Allah Swt di dalam al-Qur’an surat
An-Nisa ayat 7-8 :
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا
تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ
الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا
(7) وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُولُو الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينُ
فَارْزُقُوهُمْ مِنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا (8)[2]
Sabab an-Nuzul[3] ayat ini adalah
bahwa pada zaman Jahiliyyah kaum Musyrikin memberikan harta mereka hanya
dari laki-laki yang besar, tetapi mereka tidak mewariskan harta mereka kepada
para perempuan dan juga kepada anak-anak mereka, maka Allah Swt menurunkan ayat
7 dalam surat An-Nisa :
لِلرِّجَالِ
نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ
مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ
نَصِيبًا مَفْرُوضًا (7)
Menurut Imam al-Hafidz Ibn Katsir dalam
tafsirnya Tafsir al-Qur’an al-Karim mengatakan bahwa yang dimaksud ayat
diatas adalah semua manusia memiliki ketetapan yang sama dalam hukum Allah,
terutama sama dalam pembagian hak waris sesuai dengan kesepakatan ahli waris.[4]
Rasulullah Saw mengharuskan kita untuk
mempelajari ilmu waris, karena keharusan mempelajari ilmu waris telah terdapat
dalam sunnah Nabi Muhammad yaitu diantaranya adalah :
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ ، حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى بْنُ بَكْرٍ ، حَدَّثَنَا
عَوْفٌ ، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِي الأَحْوَصِ ، عَنْ عَبْدِ الله ، قَالَ :
قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّمتَعَلَّمُوْا الْفَرَائِضَ وَعَلِّمُوْهَا
النَّاسَ فَإِنِّي امْرُؤٌ مَقْبُوْضٌ وَإِنَّ العِلْمَ سَيُقْبَضُ وَتَظْهَرُ الفِتَنَ
حَتَّى يَخْتَلِفَ اثْنَانِ فِي الفَرِيْضَةِ فَلَا يَجِدَانِ مَنْ يَقْضِي بَيْنَهُمَا
رَوَاهُ الحَاكِمُ وَصَحَّحَ إِسْنَادُهُ[5]
Hadits diatas
Rasulullah Saw memerintahkan untuk mempelajari Ilmu waris dan mengajarkannya
kepada yang lain. Namun Rasulullah Saw tidak hanya memerintahkan namun dengan
menjelaskan maksud kita harus mempelajari ilmu waris ini, yang terdapat dalam
hadits Rasulullah Saw, :
تَعَلَّمُوْا
الفَرَائِضَ فَإِنَّهَا مِنْ دِيْنِكُمْ وَإِنَّهُ نِصْفُ العِلْمِ وَإِنَّهُ أَوَّلُ
عِلْمٍ يُنْزَعُ مِنْ أُمَّتِي رَوَاهُ اْبْنُ مَاجَةَ وَغَيْرُهُ[6]
Hadits di atas Rasulullah Saw
menganjurkan kita untuk belajar tentang Ilmu Waris[7]
karena itu merupakan sebagian dari Agama Islam, dan sesungguhnya itu merupakan
sebagian[8]
dari ilmu pengetahuan, dan ilmu ini juga adalah ilmu pertama yang akan dicabut
oleh Allah Swt dari umat Nabi Muhammad Saw.
B. TeksHadis
Syarhdankritikhadisdenganmetodetakhrîj tentang anjuran
memberikan hak waris kepada ahli waris dengan adil diawalidenganhadis yang terdapat dalamkitabJàmi’ at-Tirmidzìkarya Abì ‘Isa Muhammad bin
‘Isa bin saurah at-Tirmidzìsebagai berikut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا
وُهَيْبٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ طَاوُوسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ
بِأَهْلِهَا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ لأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ.[9]
Telahmenceritakankepada
kami 'Abdullah bin 'Abdurrahman; telahmengabarkankepada kami Muslim bin
Ibrahim; telahmenceritakankepada kami Wuhaib; telahmenceritakankepada kami
IbnuThawusdaribapaknyadariIbnu 'Abbas dariNabishallallahu 'alaihiwasallam, beliau bersabda:
"Serahkanlahurusan Al Fara`idhkepadaahlinya. Sedangkanapa yang
tersisamakaituuntuklaki-laki.
Kutipanhadis di
atasmenginformasikanbahwamashâdir al-ashliyyaḧ-nyaadalahSunan Turmudzi.
Dilâlaḧatautawtsîqhadismenggunakankitabal-Jâmi’
al-Shaghîr,[10]
yang ditulis al-Suyûthiy, denganlafalawal “أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا”,
ditemukanpetunjuk:
أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا– (حم) عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ (ق) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ (ت) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
Hal ituberartibahwamashâdir
al-ashliyyaḧ-nyaadalahMusnadAhmad,Shahîh al-Bukhariy, Shahih Muslim dan Sunan Turmudzi.
Dilâlaḧ atau tawtsîq
hadis memakai al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts[11],
tulisan AJ. Weinsinck, dengan akar kata “لحق”, ditemukan petunjuk:
أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا
Hal itu
menunjukkan bahwa mashâdir al-ashliyyaḧ-nya adalah: Shahîh al-Bukhariy,
Shahîh Muslim, Sunan al-Turmudziy, Sunan al-Darimiy.
DilâlaḧatautawtsîqhadismenggunakanMiftâhKunûz
al-Sunnaḧ, yang ditulisoleh Arnold John Weinsinck (w. 1939),[13]dengan
kata kunci “الورث”, padaentri “أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا”
ditemukanpetunjukberikut:
بخ
- ك ٨٥ ب ١٥
مس-
ك٢٣ ح ٤-٢
بد - ك
١٨ ب ٧
مج- ك
٢٣ ب ٢٨
مي- ك ٢١
ب ٢٨
Kutipan
di atasmenjelaskanbahwamashâdir al-ashliyyaḧ-nyaadalah: Shahîh
al-Bukhariy, Shahîh Muslim, Sunan Abu Dawud, SunanIbnMajah, Sunan al-Darimiy, Musnad
Ahmad bin Hambal.
Dilâlaḧ atau tawtsîq
hadis menggunakan kitab Mausuat al-Athraf[15]
yang ditulis Muhammad Said Zaghul, dengan lafal awal “أَلْحِقُوا الفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا”,
ditemukan petunjuk:
(م)
الفرائض ۲, ۳(ت) ۹۸۲۰(حم) ۱۲۹۲, ۳۲۵(هق) ٦ ۲۳٤, ۲۳۸,۲۳۹(قط)٤۷۱(سنة) ۸۳۲٦(كنز)
۳۰۳۷٤, ۳۰۳۹۱(طب) ۱۱۲۰ (حنفية) ۱۸۳[16]
Kutipan di
atasmenjelaskanbahwamashâdir al-ashliyyaḧ-nyaadalah: Shahih Muslim,
Sunan Turmudzi, Musnad Ahmad bin Hambal, Sunan Biaihaqi, Sunan Daruqutni, Syarh
Sanah al-Baghawi, Kanzul ‘Amal, al-Mu’jam al-Kabir, Musnad Abi Hanafiyyah.
Dilâlaḧdan tawtsiqyang bersifat cek-ricek menggunakan
CD al-Maktabah
al-Syâmilah dengan proses:
1. Setelah
program Maktabah al-Syâmilah-nyadibuka, klik tabsearch(بحث), kemudian muncul jendela شاشة البحث
2. Selanjutnya pilih بحث في النصوص dan memasukan kataفَلِأَوْلَى ذَكَرٍpada kolom ابحث عن حميع هذه العبارة
3. Selanjutnya pilih متون الحديث dan centang/klik pilihan المجموعة كلها
4. Langkah selanjutnya
adalah klik tab تنفيذ البحث.
Dari proses tersebut
diketahuibahwa hadistersebut terdapat
dalam mashâdir al-ashliyahsebagai berikut:Mushannif Abd Razak as-Sun’ani,
Sunan Sa’id bin Manshur, Musnad Abi Daud at-Tayalisi, Mushonif Ibn Abi Syaibah,
Musnad Abi Yu’la Maushuli, al-Mantiqi li Ibn Jarud, Mustakhrij Abi ‘Awwanah,
Syarh Ma’ani al-Atsar, Shahih Ibn Hibban, Mu’jam Ibn ‘Arabi.
Secarakeseluruhan, mashâdir
al-ashliyyaḧhadistentang anjuran memberikan hak waris kepada
ahli waris dengan adil adalah:
NO
|
Dilâlah
|
Mashâdir al-Ashliyyah
|
1
|
Al-Jâmi’ al-Shaghîr
|
Musnad Ahmad bin Hambal, Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Sunan Turmudzi
|
2
|
Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh
al-Hadîts
|
Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Turmudzi,
Sunan ad-Darimi
|
3
|
MiftâhKunûz al-Sunnaḧ
|
Shahih Bukhari,Shahih Muslim, Sunan Abi Daud,
Sunan Ibnu Majjah, Sunan ad-Darimi, Musnad Ahmad bin Hambal
|
4
|
Mausuat al-Athraf
|
Shahih muslim, Sunan Turmudzi, Musnad Ahmad
bin Hanbal, Sunan Baihaqi, Sunan Daruqutni, Syarh Sanah al-Baghawi, Kanzul
‘Amal, al-Mu’jam al-Kabir li Tabrani, Musnad Abi Hanafiyah
|
5
|
CD al-Maktabah al-Syâmilah
|
Mushannif Abd Razak as-Sun’ani, Sunan Sa’id
bin Manshur, Musnad Abi Daud at-Tayalisi, Mushonif Ibn Abi Syaibah, Musnad
Abi Yu’la Maushuli, al-Mantiqi li Ibn Jarud, Mustakhrij Abi ‘Awwanah, Syarh
Ma’ani al-Atsar, Shahih Ibn Hibban, Mu’jam Ibn ‘Arabi, Bulughul Maram
|
Jadi, mashâdir al-ashliyyaḧhadits tentang anjuran
memberikan hak waris kepada ahli waris dengan adil secara
keseluruhan adalah:
1.
Shahih Bukhari
2.
Shahih Muslim
3.
Sunan Turmudzi
4.
Sunan Abi Daud
5.
Sunan Ibnu Majjah
6.
Sunan ad-Darimi
7.
Musnad Ahmad bin Hambal
8.
Sunan Baihaqi
9.
Sunan Daruqutni
10. Syarh Sanah al-Baghawi
11. Kanzul ‘Amal
12. al-Mu’jam al-Kabir li Tabrani
13. Musnad Abi Hanafiyah
14. Mushannif Abd Razak as-Sun’ani
15. Sunan Sa’id bin Manshur
16. Musnad Abi Daud at-Tayalisi
17. Mushonif Ibn Abi Syaibah
18. Musnad Abi Yu’la Maushuli
19. al-Mantiqi li Ibn Jarud
20. Mustakhrij Abi ‘Awwanah
21. Syarh Ma’ani al-Atsar
22. Shahih Ibn Hibban
23. Mu’jam Ibn ‘Arabi.
24. Bulughul Maram
BERSAMBUNG KE BAGIAN II.. Lanjutkan ke bagian 2
[1] Syihabuddin Abi al-‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali Ibn Hajar
al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj bi Syarh al-Minhaj, ( Beirut : Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 2010 ), Vol. 1, h. 15 dan yang dimaksud denga Syari’ disini
adalah Allah Swt dan Rasulullah Saw yang menetapkan hukum pembagian waris
kepada setiap yang berhak mendapatkannya.
[2]“ Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang
telah ditetapkan (7) Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat,
anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu
(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik (8)
[3]Sabab an-Nuzul adalah suatu cabang ilmu yang istimewa dalam
kajian Ulum al-Qur’an yang sangat istimewa menurut para peneliti dalam
masalah tafsir secara umum dan dalam mengetahui rahasia Uslub atau
kalimat yang ada dalam al-Qur’an secara khususnya. Dan Sabab an-Nuzul
adalah ayat atau beberapa ayat yang turun yang membicarakan suatu kejadian pada
hari itu terjadi. Lihat juga dalam kitab karya, Nuruddin ‘Itr, ‘Ulum
al-Qur’an al-Karim, ( Damaskus : Matbaah al-Sabl, 1996 ), h. 46
[4] Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasy al-Dimasqy, Tafsir
al-Qur’an al-Karim, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2012), Vol. 2, h.
219
[5]Pelajarilah ilmu waris dan ajarkanlah ilmu waris kepada manusia,
sesungguhnya aku (
Muhammad )hanyalah manusia yang pasti akan mati. Sesungguhnya suatu ilmu akan
dicabut dan akan nampak fitnah sampai berselisih antara keduanya dalam warisan,
maka keduanya tidak akan menemukan seorangpun yang dapat menyelesaikan keduanya
(HR. Al-Hakim). Lihat juga dalam kitab karya Ibn Hajar
al-Asqalani, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, (Mesir : Dar al-Gad
al-Jadid, 2011), Vol. 12, h. 4
[6]Pelajarilah kalian Ilmu Waris, maka itu merupakan setengah dari ilmu, dan
Ilmu Waris adalah Ilmu pertama yang akan dicabut dari umatku (HR. Ibn Majah)
[7] Ilmu Faraidh juga dikenal dengan nama Fiqh al-Mawarits dan juga
Ilmu Hitung yang sampai kepada pemahaman yang mengkhususkan setiap orang
memiliki hak dari harta peninggalan dari si mayyit. Lihat juga juga karya Abu
Bakar Utsman bin Muhammad Syato al-Dimyati, I’anah al-Thalibin ‘Ala Halli
Alfadzi Fath al-Mu’in, (Beirut : Dar al-Fikr, 1997), Vol. 3, h. 222
[8]Yang dimaksud dengan Nisyf (Sebagian/Setengah) adalah karena
hubungannya dengan kematian yang bertemu dengan kehidupan. Lihat juga karya Abu
Bakar Utsman bin Muhammad Syato al-Dimyati, I’anah al-Thalibin ‘Ala Halli
Alfadzi Fath al-Mu’in, (Beirut : Dar al-Fikr, 1997), Vol. 3, h. 222
[9]Muhammad
bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin adlDlahhak, Sunan
at-Tirmidzi (Kairo :Daar el-Hadis,2010)j.4,h.418
[10]Rumus al-Suyuthiy: kha` (خ) al-Bukhariy,
mim (م) Muslim, qaf (ق) keduanya
(Bukhariy-Muslim), dal (د) Abi Dawud, ta` (ت) al-Tirmidziy,
nun (ن) al-Nasa`iy,
ha (ه) Ibn Majah,
empat (٤) mereka berempat (Abu Dawud,
al-Tirmidziy, al-Nasa`iy dan Ibn Majah), tiga (٣) mereka
kecuali Ibn Majah, ha mim (حم) Musnad Ahmad, ‘ayn mim (عم) ‘Abdullah bin
Ahmad dalam Zawa`id, kaf (ك) al-Hakim dalam al-Mustadrak, kha dal (خد) al-Bukhariy
dalam al-Adab, ta` kha` (تخ) al-Bukhariy dalam Tarikh, ha` ba` (حب) Ibn Hibban
dalam Shahîh, tha` ba` (طب) al-Thabraniy dalam al-Kabir, tha` sin (طس) al-Thabraniy
dalam al-Awsath, tha` shad (طص) al-Thabraniy dalam al-Shaghîr, shad (ص) Sa’id bin
Manshur dalam Sunan, syin (ش) Ibn Abi Syaybah, ‘ayn ba` (عب) ‘Abd
al-Razzaq dalam al-Jâmi', ‘ayn (ع) Abi Ya’la
dalam Musnad, qaf tha` (قت) al-Daruquthniy, fa` ra` (فر) al-Daylamiy
dalam Musnad al-Firdaws, ha` lam (حل) Abi Na’im
dalam al-Hulyah, ha` ba (هب) al-Bayhaqiy dalam Syu’b al-Iman, ha` qaf (هق) al-Bayhaqiy
dalam al-Sunan, ‘ayn dal (عد) Ibn ‘Adiy dalam al-Kamil, ‘ayn qaf (عق) al-‘Aqiliy
dalam al-Dhu’afâ`, kha` tha (خظ) al-Khathib.Muhammad ‘Abd al-Ra`uf al-Munawiy, Faydh
al-Qadir Syarh al-Jâmi' al-Shaghîr, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1972), Cet. Ke-2, Juz 1, h.24-29.
[11]Rumus Mu’jam: ta` (ت) al-Tirmidziy,
jim ha` (جه) Sunan Ibn
Majah, ha` mim (حم) Musnad Ahmad,
kha` (خ) Shahîh
al-Bukhariy, dal (د) Sunan Abu
Dawud, dal ya` (دي) Sunan
al-Darimiy, tha` (ط) Muwatha`
Malik, mim (م) Shahîh
Muslim, dan nun (ن) Sunan
al-Nasa`iy. A.J. Weinsinck (w. 1939), al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh
al-Hadîts, (Leiden: Briel, 1969), Juz,7 h.99
[12]A.J. Weinsinck (w. 1939), al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts, (Leiden: Briel, 1969), Juz 2, h.99
[13]Rumus Miftah Kunuz adalah:
ba` kha` (بخ) Shahîh
al-Bukhariy, mim sin (مس) Shahîh
Muslim, ba` dal (بد) Sunan Abi
Dawud, ta` ra` (تر) Sunan al-Tirmidziy,
nun sin (نس) Sunan
al-Nasa`iy, mim jim (مج) Sunan Ibn
Majah, mim ya` (مى) Sunan
al-Darimiy, mim alif (ما) Muwatha`
Malik, zay (ز) Musnad Zayd
bin ‘Ali, ‘ayn dal (عد) Thabaqat Ibn
Sa’d, ha` mim (حم) Musnad Ahmad
bin Hanbal, tha` (ط) Musnad al-Thayalasiy,
ha` syin (هش) Sirah Ibn
Hisyam, qaf dal (قد) Maghaziy
al-Waqidiy, kaf (ك) kitab, ba` (ب) bab, ha`(ح) hadis, shad (ص) shafhah, jim
(ج) juz, qaf (ق) qism, qaf
alif (قا) qabil ma
qablaha bi ma ba’daha. A.J. Weinsinck (w. 1939), Miftah Kunuz al-Sunnah,
Penerjemah: Muhammad Fu`ad ‘Abd al-Baqiy, (Lahore: Idarah Tarjuman al-Sunnah,
1978), h. alif
[14]Miftah Kunuz al-Sunnah, Penerjemah: Muhammad Fu`ad ‘Abd
al-Baqiy, (Lahore: Idarah Tarjuman al-Sunnah, 1978), h.520.
[15](م) Shahìh
Muslim,(ت)Sunan atTirmidzi (حم) Musnad Ahmad bin Hambal (هق)Sunan Bihaqi (قط) Sunan ad-Daruqtni, (سنه)Syarh sanah al-Baghawi, (كنز)Kanzul ‘Amal, (طب)
al-Mu’jam al-Kabir li Tabrani, (حنفية)Munad Abi Hanafiyah
[16]Muhammad Said Zaghul, Mausu’ah Athrof al-Hadits al-Nabawi (Beirut
: dar al-fikr,1994 ) j.2.h.135.
No comments:
Post a Comment